Minggu, 25 Desember 2011

Sasana Pirih Gelar Tinju Pro Malam Tahun Baru

Malam tahun baru tak perlu susah cari hiburan. Apalagi bagi para penggemar tinju pro. Sebab, Sasana Pirih Surabaya berencana menggelar kejuaraan Pirih Back To Fight II, di Sasana Pirih Surabaya pada malam penghujung tahun tersebut.
        Meski Pirih tidak menurunkan petinju andalannya, Sofyan Efendi, dalam pertandingan tersebut namun pertandingan bakal tetap seru. Sofyan diparkir karena petinju kelahiran Tulungagung ini mengalami bengkak di bagian leher.
        ’’Sebenarnya kami sangat berharap agar Sofyan bisa membela nama besar Pirih dalam kejuaraan ini. Sayang, dia terlihat kurang fit selama dalam persiapan, setelah ada pembengkakan di lehernya,’’ komentar Mudafar Danu, pelatih di Pirih BC.
        Sofyan memang menjadi andalan Pirih selama ini. Sebab, pemegang sabuk juara nasional kelas terbang mini 47,6 kg ini telah memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Pengalaman latihan di Filipina selama enam bulan, juga menjadi modal penting untuk Pirih meraih gelar di kandang sendiri. Sayang, itu tidak bisa terpenuhi..
        Meski demikian, Mudafar Danu mengungkapkan bahwa pecinta tinju Surabaya tidak perlu kecewa dengan absennya Sofyan tersebut. Sebab, pelatih asal Ternante, Maluku Utara ini telah menemukan pengganti Sofyan.
        Petinju tersebut adalah Pieter Nesi, petinju binaan Pirih BC yang juga tidak kalah hebat dengan Sofyan. Rencananya, dalam kejuaraan itu, Pieter akan dipertemukan dengan Joko Blambangan dari Minakjinggo BC, Banyuwangi.
        ’’Mereka akan bertarung delapan ronde, saya berharap Pieter mampu memberikan yang terbaik dalam kejuaraan ini. Toh, selama dalam latihan, akurasi pukulannya juga terlihat cukup cepat dan keras,’’ ucap Mudafar.
        Nesi sendiri mengakut tidak terbebani dengan amanah yang diberikan oleh sasana tempat dia berlatih. ’’Tidak ada masalah, kami sudah saling tahu kekuatan dan kelemahan masing-masing. Toh, Joko sudah sering naik ring di Pirih juga,’’ tambah Pieter.

Sabtu, 17 Desember 2011

Rokatenda Gagal Boyong Gelar Juara KTI

Ambisi sasana Rokatenda Sidoarjo untuk membawa pulang dua sabuk nasional di akhir tahun ini, kandas. Itu setelah dua petinju mudanya, Edy Pio Pikariuw dan Bayu Gede Prabow, kalah dalam perebutan sabuk nasional versi Komisi Tinju Indonesia (KTI) di Jakarta Minggu (11/12) malam.
        Bayu yang turun dalam pertandingan pertama melawan Waldo Sabu (Demokrat BC Jakarta), harus merasakan kekalahan lebih dulu. Petinju yang turun di kelas bantam 52,2 kg ini dinyatakan kalah TKO (Technical Knock Out) pada ronde ke-11 dari 12 ronde yang direncanakan.
        ’’Bayu mengalami kram yang hebat di bagian kakinya. Maka, daripada dia menjadi bulan-bulanan lawan, saya langsung meminta untuk pertarungan itu dihentikan,’’ kata Yani Malhendo, pelatih Rokatenda Sidoarjo.
        Menurut dia, meski mengalami kram, Bayu tidak kalah dalam mengoleksi poin dalam pertarungan tersebut. Kombinasi pukulan uppercut dan jab keras yang dia peragakan mampu membuat Waldo Sabu  kewalahan.
        ’’Sayang, fisik Bayu habis saat memasuki ronde terakhir. Masalahnya, ambisi dia untuk memenangkan pertarungan memaksa tenaganya terkuras habis di ronde-ronde awal,’’ ujar Yani.
        Hal yang tidak kalah pahit juga di alami oleh Edy Pio Pikariuw. Petinju yang baru berusia 17 tahun ini tidak mampu mengakhiri pertarungan 12 ronde. Edy dinyatakan kalah KO (knock out) pada ronde keenam, setelah tidak mampu menahan kerasnya pukulan Frans Yerangga (Sindoro Satriamas Semarang) yang mendarat tepat di rusuk kiri.
        Setelah mendapat pukulan tersebut, Edy tidak bisa bangun. Pertarungan pun berhenti setelah wasit Eric Suwarni menghitung sampai ke sepuluh, namun Edy hanya tertidur kesakitan. ’’Fisik anak-anak harus di evaluasi. Selain itu adalah mental bertanding mereka. Anak-anak terlihat grogi saat berada di atas ring. Apalagi, lawan yang mereka hadapi jauh lebih berpengalaman,’’ tegas Yani. (jp)

Sabtu, 10 Desember 2011

Rokatenda Bidik Dua Gelar KTI

Sasana Rokatenda punya target khusus sebelum akhir tahun ini. Sasana yang bermarkas di kompleks Pondok Candra, Sidoarjo, itu berambisi mengamankan dua sabuk nasional sebelum pergantian tahun.
Kebetulan, dua petinju junior Rokatenda –Edy Pio Pikariuw dan Bayu Gede Prabowo– akan turun dalam kejuaraan perebutan sabuk nasional versi komisi tinju Indonesia (KTI) di Jakarta Minggu malam (11/12). Menurut rencana, Bayu bertemu Waldo Sabu (Demokrat BC) Jakarta di kelas bantam 52,2 kg, sedangkan Edy melawan Frans Charles Yerangga dari Sasana Sindoro BC Semarang.
’’Kami optimistis, dua gelar nasional tersebut bersarang di sasana kami. Itu akan menjadi hadiah akhir tahun untuk Rokatenda. Pertimbangannya, kemampuan dua petinju yang kami utus itu terbukti dalam beberapa kejuaraan,’’ ujar Don Bosco Daniel Wera, manajer Rokatenda (9/12).
Menurut dia, Edy dan Bayu sama-sama menunjukkan progres dalam setiap latihan. Bahkan, kombinasi gerak kaki dan pukulan yang selama ini menjadi kelemahan mereka sudah tertutupi.
’’Mereka sapu bersih program latihan pelatih. Jadi, bagi kami, tinggal menunggu penentuan akhir di atas ring. Semoga semua strategi dan teknik yang diberikan pelatih bisa diaplikasikan dalam pertarungan nanti,’’ ucap sulung dari Damianus Ware, owner Rokatenda, itu.
Edy dan Bayu berangkat ke Jakarta kemarin pagi. Hari ini mereka harus menjalani sesi timbang badan dan tes kesehatan di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Edy berjanji melakukan yang terbaik bagi sasananya dalam pertarungan tersebut. Sebab, itu langkah awal untuk meniti karirnya dalam belantika tinju profesional Indonesia.
’’Bagi saya, semua pertarungan adalah final. Bagaimanapun harus menang. Saya tahu, jam terbang lawan sudah banyak. Tapi, itu bukan alasan untuk mengalah,’’ ucap Edy.

Kamis, 08 Desember 2011

IBF Tugaskan M. Rois ke Filipina

  
M Rois, salah satu hakim dan wasit juri tinju pro asal Surabaya kembali mendapat kesempatan dari badan tinju dunia IBF (International Boxing Federation). Dia diberi mandat untuk menjadi hakim dalam pertandingan versi IBF di Filipina.
    Rencananya, ada dua pertandingan penting yang akan menggunakan jasa Rois. Yakni pertandingan antara Ray Bautista (Filipina) melawan Miquel Mendoza (Meksiko) di kelas bulu 57,1 kg di Cebu, Filipina 10 Desember. Kemudian di ke esokan harinya ditempat yang sama,  Rois juga menjadi hakim bagi pertandingan perebutan peringkat pertama kelas ringan junior 58,9 kg antara Fashai Sakkrein (Thailand) vs Martin Honorio (Filipina).
’’Alhamdulillah saya masih dipercaya oleh badan tinju international untuk terlibat dalam kejuaraan level dunia. Apalagi perwakilan dari Indonesia hanya saya seorang,’’ ujar pria kelahiran Sidoarjo 15 Maret 1965 ini.
    Bagi pria yang juga seorang pengajar di SMPN 36 Surabaya ini, tugas tersebut sekaligus sebagai tempat untuk menambah pengalaman bagi dia. ’’Karena sudah pasti akan banyak pengalaman baru ada di sana. Dan, saya ingin terapkan pengalaman itu di tanah air,’’ ucap ayah satu anak ini.

Senin, 21 November 2011

Petinju Malang Berjaya di Gelaran KTI Malang,

Petinju tuan rumah berjaya pada ajang Malang Big Fight versi Komisi Tinju Indonesia (KTI) di halaman Stadion Gajayana, Sabtu malam (19/11). Pada partai utama,  Victor Mausul dari Ken Arok Boxing Camp dengan mudah mengalahkan Yacob Ton dari sasana Inra Boxing Camp Surabaya. Hanya butuh dua ronde dari delapan ronde yang dipertandingkan bagi Victor untuk bisa meyudahi perebutan  sabuk ketua KTI Malang Raya kelas ringan 61,2 kg itu. Victor menang dengan technical knock out (TKO).

   Dengan kemenangan tersebut, rekor mantan juara WBO Aspac tersebut makin panjang. Tercatat dia sudah naik ring sebanyak 37 kali dengan catatan 33 kali menang, dua kali kalah, dan draw dua kali.
  
   Dalam pertandingan tersebut, Victor memang layak menang. Sejak ronde  pertama, dia terus menekan Yacob Ton. Pukulan jab Victor beberapa kali mendarat mulus di wajah Yacob. Kombinasi pukulan hook kiri dan kanan Victor juga sama baiknya. Klimaksnya, di penghujung ronde dua, Yacob memberikan isyarat kepada wasit jika dia tidak mampu meneruskan pertandingan.

   Usai pertandingan, Victor menyatakan dirinya sendiri cukup kaget dengan kemenangan tersebut. Sebab, dia menilai persiapan dirinya cukup mepet jelang menghadapi Yacob Ton. ”Tapi dengan dukungan pelatih, teman-teman di sasana, dan warga Malang Raya, saya bisa memenangkan pertandingan tersebut. Pertandingan tadi mental lebih banyak berbicara. Lawan saya memiliki potensi yang bagus, namun saya merasa saya lebih mendapat dukungan dari penonton, bisa jadi itu yang membuat mental lawan kendur,” ujar Victor usai pertandingan.

   Empat partai profesional lainnya dalam Malang Big Fight versi Komisi Tinju Indonesia (KTI), Sis Morales dari sasana D’Kross Boxing Camp yang turun pada partai tambahan kelas terbang 50,8 kg enam ronde sukses menang KO pada ronde pertama atas Joko Blambangan dari sasana Minakjinggo Boxing Camp. Kemudian pada partai eliminasi non-gelar kelas bulu 57,1 kg delapan ronde, petinju Singo Kinaro dari sasana Yon Bekang 5 Boxing camp menang angka atas Gun Hero dari sasana Semen Gresik Boxing Camp Tuban.
     Singo Kinaro yang sebelumnya berpredikat peringkat tujuh nasional dinyatakan menang angka setelah hakim A, Sugeng memberi poin 75-77, hakim B Rois juga memberi poin 75-77, serta hakim C Mulyanto memberi poin 77-75. Dengan hasil tersebut, Singo Kinaro dinyatakan menang angka dengan jumlah kumulatif 229-227.
     Pada perebutan peringkat nasional kelas bulu 57,1 kg delapan ronde, Sam Polanco dari sasana Jaguar Boxing Camp Malang yang merupakan petinju peringkat empat nasional juga menang atas petinju peringkat enam nasional Catur Rambing dari sasana Intan Sakti Boxing Camp Kendal. Sam Polanco memukul KO Catur Rambing saat pertandingan memasuki  ronde keempat.
Sementara di kelas amatir, petinju Malang juga berjaya. Dari lima partai yang dipertandingkan, empat petinju Malang menang atas lawan-lawannya.  
    Di kelas layang 49 kg, Rendi dari sasana D’Kross Boxing Camp menang atas M Rokim dari sasana Minak Jinggo Boxing Camp Banyuwangi, kemudian di kelas bantam 56 kg, Budi dari Arema Boxing Camp mengalahkan Muksin dari sasana Spider 527 Boxing Camp Lumajang.
     Pada dua partai kelas ringan 60 kg, Cahyo dari sasana Arema Boxing Camp mengungguli John Divo dari sasana Spider 527 Lumajang, sementara Mandosa dari sasana D’Kross Boxing Camp menganvaskan Nelson dari sasana Spider 527 Lumajang. Satu petinju Malang yang menuai kekalahan adalah Irul dari sasana Jaguar Boxing Camp yang dikalahkan Rexi Akbar dari sasana Spider 527 Boxing Camp Lumajang.(radar malang)

Rabu, 16 November 2011

SGBC Cari Petinju Lagi

Sasana Semen Gresik Boxing Camp (SGBC) mulai mencari petinju baru lagi. Pencarian petinju itu dilakukan karena petinju asal Blitar, Aris Wahyudi, mundur. ’’Kita masih mencari petinju yang bagus,’’ kata pelatih SGBC Hengky Gun.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan petinju putra daerah bisa bergabung ke sasana tinju di bawah naungan PT Semen Gresik tersebut. Saat ini, SGBC hanya memiliki dua petinju profesional. Keduanya, Ruvi Kun Aguero dan Gun Hero.
Menurut Hengky Gun, kedua petinju itu dipersiapkan naik ring. Gun Hero bakal bertarung selama delapan ronde di kelas bulu 57,1 kg Sabtu (19/11) nanti di Malang.   
     Pemegang sabuk emas kelas bulu junior ini ditantang Ginaro, petinju asal sasana Bek Ang, Malang. ’’Ini hanya ring rutin saja dan mencoba naik kelas,’’ terangnya.
Sementara Ruvi Kun Aguero bakal naik ring guna perbaikan peringkat di kelas bantam 53,5 kg Desember nanti di Solo. Pertarungan itu digelar Komite Tinju Indonesia. ’’Untuk lawan masih dicarikan dari Jakarta,’’ kata Hengky Gun.

Minggu, 13 November 2011

Draw, Darsim Ingin Duel Ulang

Petinju Darsim Nanggala harus kembali menunda ambisi menyatukan sabuk juara welter (66,7 kg) dari tiga badan tinju yang berbeda. Hal itu setelah pertarungannya dengan Maxi Rodriguez pada perebutan gelar juara kelas welter versi KTI Selasa (8/11) malam lalu di Cilandak, Jakarta dinyatakan seri.
            Hasil tersebut tentunya menyesakkan bagi Darsim. Mengingat penilaian para juri, seharusnya petinju asal Sasana Amphibi itu menang angka tipis. Juri Suwarno memberikan nilai 113-114 untuk Darsim. Juri Suwandi memberikan nilai sama untuk kedua petinju 114-114. Sedang Juri Joe juga memberikan nilai sama 115-115.
            Nah, ketika dihubungi kemarin (9/11) Darsim menyatakan rasa kecewa atas pertarungannya tersebut. “Pertarungan berjalan ketat. Dan saya banyak memasukkan pukulan ke arah Maxi. Terutama di atas ronde keenam,” kata Darsim kemarin. Dalam pertarungan 12 ronde itu, Darsim sempat kesulitan membongkar double cover Maxi di ronde awal.
            Kesempatan emas Darsim didapat di ronde keenam dan kesembilan. Itu setelah kombinasi pukulan straight kanan dan hook kiri bapak dua anak itu telak mengenai rahang Maxi. Sayang, Darsim terlambat melepaskan upper cut untuk memungkasi pertarungan.
            Namun ada sisi positif yang dipetik Darsim dalam pertarungan tersebut. Yakni masalah fisik Darsim yang sama sekali tak kedodoran meski berhadapan dengan petinju yang tujuh tahun lebih muda. “Berkat latihan fisik yang matang, saya mampu terus menekan selama 12 ronde,” ucap petinju berusia 32 tahun itu
Senada dengan Darsim, pelatih Beni Belonis juga tak puas dengan penilaian akhir pertarungan tersebut. “Mungkin karena berhadapan dengan juara bertahan, jadi keunggulan Darsim satu poin tak dianggap cukup. Dan ini sangat tak adil,” tutur pelatih berusia 34 tahun itu.
Dengan hasil tersebut, Beni berencana mengajukan surat kepada KTI dan promotor tinju kemarin untuk melakukan pertandingan ulang (rematch) antara Darsim versus Maxi. ’’Jelas saya mau petinju saya tanding ulang untuk pembuktian bahwa Darsim layak menang,” ujar Beni.

Kamis, 27 Oktober 2011

Jelang Lawan Maxi, Darsim Genjot Fisik

Petinju Darsim Nanggala terus menggeber persiapan menjelang pertarungannya. Dijadwalkan petinju asal Sasana Amphibi itu bertarung dengan Maxi Rodriguez 8 November mendatang di Cilandak, Jakarta Selatan dalam perebutan gelar juara kelas welter (66,6 kg) 12 ronde versi Komisi Tinju Indonesia (KTI).
          Menghadapi lawan yang lebih muda tentunya memberikan kesulitan sendiri bagi Darsim. Apalagi pemegang gelar juara welter versi ATI dan KTPI itu sudah menginjak kepala tiga sejak dua tahun lalu. Untuk meminimalkan kekurangan itulah Darsim terus menggenjot kualitas fisiknya.
          Nah, selain menjalani latihan beban dan lari 15 kilometer setiap harinya, Darsim juga menargetkan meningkatkan intensitas pertarungan sparring partner. “Ini sudah dua pekan menjelang pertarungan. Fisik Darsim diharapkan mencapai peak saat pertarungan,” kata pelatih Darsim Beni Belonis.
          Pelatih berdarah Ambon-Solo itu memang tak ingin main-main dalam mempersiapkan anak didiknya. Target Beni tahun ini, Darsim bisa menyatukan gelar juara kelas welter dari tiga badan tinju yang berbeda. ’’Meski bukan perkara mudah, saya harus mempersiapkan Darsim semaksimal mungkin,” tutur Beni.
          Dan mengenai lawan tanding yang dibidik, Beni berharap sekitar tiga petinju profesional dan enam atau tujuh petinju amatir. Untuk petinju profesional, pelatih berusia 34 tahun itu akan menghubungi petinju dari Sasana Rokatenda. Sedang untuk petinju amatir, Sasana Yon Arhanudse-8.
          Di sisi lain, Darsim sendiri tak mau sesumbar mengenai pertarungannya dengan Maxi. Ketika ditanya soal optimisme menang KO atau memukul roboh petinju asal Sasana Sasando itu, Darsim memilih merendah. “Saya pokoknya berusaha maksimal dalam pertarungan besok,” ucap petinju asal Majenang, Cilacap itu.
          Rupanya Darsim tak ingin mengulangi kesalahan ketika bertemu William Raick Januari lalu. Ketika itu Darsim dinyatakan kalah angka atas lawannya. Padahal Darsim menargetkan menang KO atas lawannya sebelum ronde kedelapan. (jp)

Rabu, 12 Oktober 2011

SGBC Cari Lawan Tanding

                               Hengky Gun (kiri) dengan Aries Wahyudi (ft; kholili indro)

Sasana Semen Gresik Boxing Camp (SGBC) terus berupaya meningkatkan kemampuan petinju di bawah naungan PT SG itu. Salah satu upayanya adalah dengan terus melakukan komunikasi dengan sejumlah promotor tinju.
Pelatih SGBC Hengky Gun mengatakan, upaya itu dilakukan agar anak asuhnya diberi waktu untuk mendapatkan kesempatan naik ring melawan petinju di Indonesia. Sebab, rencana naik ring pada 22 Oktober mendatang juga belum ada kepastian.
Hengky Gun sendiri sebenarnya sempat kembali melakukan komunikasi dengan promotor tinju. Namun, upaya itu belum juga berhasil. ”Saya minta mainkan petinju SGBC, namun promotor belum kasih keputusan,” tegasnya.

   Meski demikian, Hengky Gun mengatakan, pihak promotor akan tetap memainkan petinju milik SGBC. Dimungkinkan, pelaksanaan naik ring tersebut pada akhir bulan ini.  ”Petinju siapa yang main juga belum tahu,” paparnya.
   Sampai saat ini pihaknya lebih memilih untuk terus konsentrasi latihan untuk ketiga petinjunya. Yakni, Gun Hero, Ruvi Kun Aguero, dan Aris Wahyudi. (radar bojonegero)

Minggu, 31 Juli 2011

KTI Dukung Rachman Protes ke WBA

Ketua KTI (Komisi Tinju Indonesia) Anton Sihombing berjanji akan memberikan dukungan untuk memprotes hasil pertarungan Muhammad Rachman melawan petinju Thailand Pornsawan Porpramook di Studio Indosiar Sabtu malam (30/7). Sebagai supervisor pertarungan, KTI merasa curiga dengan kualitas stamina yang diperlihatkan Pornsawan. ’’Seingat saya waktu timbang badan Pornsawan kondisinya tak fit. Tapi, hari ini (penampilannya berbeda sekali,” tutur Anton.

Rasa kesal juga menghinggapi promotor pertarungan Erick Purna Irawan. Erick menyatakan bahwa kualitas pukulan Rachman jauh lebih apik dibandingkan Pornsawan. ’’Saya akan mengajukan protes kepada WBA. Masak kami dikerjai dikandang sendiri,” tutur Erick.
Kalau protes itu tak digubris WBA, Erick sudah punya opsi lain. Yakni, menggelar pertarungan ulang antara Rachman versus Pornsawan. “Pokoknya kami akan mengusahakan revans. Apapun jalannya akan kami tempuh demi gelar juara kemabali pada Rachman,” tegas Erick.
 
Dalam pertarungan tersebut Rachman (40) berstatus sebagai juara bertahan kelas terbang mini (47,6 kg) WBA. Dia ditantang Pornsawan Porpramook (32). Bagi Rachman itu adalah pertarungan pertamanya mempertahankan gelar. Karena masih choice dia memilih Pornsawan yang berperingkat 12, dan usianya relatif tua, namun hasilnya tetap berkata lain. Rachman kehilangan gelar.

Hakim A Silvestres Abiyansa (Filipina) memberikan nilai 114-114. Hakim  B Takeshi Samakawa (Jepang) memenangkan Pornsawan 115-113. Sedangkan Hakim III Yu Hwan Soo (Korsel) juga memenangkan Pornsawan dengan nilai 115-114.

Menangggapi kekalahannya itu, Rachman menyatakan sakit hati dengan penilaian para juri. ’’Saya sangat kecewa malam ini (kemarin, red.). Masyarakat jelas melihat bagaimana pukulan saya selalu masuk dan mengenai lawan. Saya sangat terpukul dengan hasil penjurian,” kata Rachman dengan mata berkaca-kaca.

Yang membuat petinju kelahiran Merauke, Papua, itu semakin dongkol adalah minimnya perhatian pemerintah terhadap atlet. “Saya makin kecewa karena pihak pemerintah tak ada yang datang pada pertarungan saya. Padahal, saya bertarung demi nama Indonesia,” ujar Rachman. Dalam daftar undangan kemarin memang hanya pihak BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) yang hadir.

Di sisi lain, usai pertarungan kemarin sempat terjadi insiden di sekitar ring. Karena merasa petinjunya dikerjai juri, para pendukung Rachman pun berang. Beberapa pendukung petinju berusia 39 tahun itu melempari para juri dengan berbagai benda. Mulai botol plastik air mineral hingga triplek.
Melihat kejadian itu, Pornsawan juga takut. Petinju berusia 32 itu pun lari meninggalkan arena pertarungan dengan kawalan aparat keamanan. Ketika hendak diwawancarai wartawan aparat tak memberikan izin.
Sementara itu, dalam pertarungan tadi malam Rachman memang terlihat tampil apik di empat ronde awal. Kombinasi hook kiri dan upper cut kanan Rachman sempat membombardir Pornsawan.

Sayangnya serangan itu tak bertahan lama. Memasuki ronde keenam, kualitas stamina Rachman menurun dan pukulannya tak segarang ronde-ronde sebelumnya.

Hingga ronde kedelapan Rachman lebih banyak bertahan dan sibuk menghindari pukulan Pornsawan. Baru dironde kesembilan sampai dua belas Rachman kembali melancarkan pukulan balasan dan agresif menekan Pornsawan.

Selasa, 26 Juli 2011

Geliat Tinju Pro Malang Raya

 Dunia tinju di Malang Raya terus menggeliat. Even terakhir yang mereka gelar adalah Pentas Malang Super Fight di halaman Stasiun Kota Baru pada Minggu malam (24/7).
     Dua petinju profesional Kota Malang yang mereka tampilkan adalah Sam Polancho (Jaguar BC) dan Mosin Khadafi (D’Kross BC). Keduanya terlalu tangguh bagi lawan-lawannya. Mereka sama-sama mencatat kemenangan.
   Bahkan Sam Polancho bisa dikatakan tidak perlu bersusah payah untuk menjinakkan petinju Sasana Minakjinggo (Banyuwangi) Mahfud Taqwa. Sam hanya butuh dua ronde untuk memastikan diri sebagai pemenang pertandingan kelas bulu 58 kg itu. Sam dinyatakan menang TKO karena Mahfud tiga kali terjatuh pada ronde kedua.

Sedangkan Mosin yang turun di kelas terbang 50,8 kg menang angka mutlak atas Suryana dari Sasana Sinduro BC (Semarang). Tiga orang dewan juri kompak memberikan angka 26-24 untuk kemenangan Mosin.

Bagi Mosin, ini merupakan kemenangan kedua dalam satu bulan terakhir. Pada 4 Juli lalu, Mosin juga mencatatkan kemenangan angka ketika berlaga pada partai enam ronde di atrium Sutos Surabaya. Kala itu, Mosin mengalahkan petinju Sasana Rokatenda BC (Sidoarjo) Jhon Bajawa. Dengan dua hasil positif itu, Mosin tinggal menunggu waktu untuk bisa mendapatkan sabuk juara nasional pertamanya.
Pemilik Sasana D’Kross Ade Herawanto mengungkapkan, pihaknya kini tengah mematangkan rencana untuk menggelar kejuaraan nasional bagi Mosin. ”Rencananya 10 September nanti, kami gelar kejuaraan tinju di Malang,” ujar dia.
Gelar yang akan diperebutkan Mosin adalah kelas terbang versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia). ”Tapi, mengenai siapa lawan yang dihadapi, kami belum bisa menentukan,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai promotor itu.
Hanya, sebelum menuju kejuaraan itu, Ade berharap Mosin bisa membenahi berbagai kekurangan yang masih sering dia perlihatkan. Ketika melawan Suryana, misalnya, Ade menilai mestinya Mosin bisa menang KO. ”Beberapa pukulan Mosin sempat membuat lawannya goyah. Sayang Mosin sering terlihat ragu-ragu. Harusnya dia lebih agresif,” tandas dia.
Ade menaruh harapan besar bagi Mosin untuk bisa sukses di masa mendatang. Pasalnya, saat ini, Malang Raya bisa dibilang kering gelar. Satu-satunya petinju yang masih memiliki sabuk juara adalah petinju Sasana Yon Bekang 2 Ali Rohmad dengan sabuk juara nasional kelas bantam KTI.

Rabu, 13 Juli 2011

Mona Amelia Pirih, Ramaikan Promotor Tinju Pro Indonesia

Tinju profesional di Indonesia tak semeriah di era 1990-an. Akibatnya banyak sasana tinju mulai gulung tikar karena ditinggal petinju. Kondisi tersebut yang membuat Mona Pirih tertantang untuk menyuburkan kembali dunia tinju bayaran di tanah air.


-------- 
JAWA Timur (Jatim) adalah salah satu daerah yang sangat ditakuti dalam pentas tinju profesional tanah air. Di bawah kendali promotor seperti Aseng Hery Sugiarto, Eddy Pirih, Setijadi Lakosono, membuat provinsi paling timur di Indonesia ini menjadi lumbung penghasil pendekar pendekar hebat diatas ring.
 Pada era 1990-an lahirlah Yani Malhendo, Anis Roga, Hengky Gun, atau pun Andrian Kaspari  yang disegani di atas ring. Namun, sepeninggal tokoh-tokoh tinju tersebut, prestasi tinju Jatim pun ikut menurun drastis.
 ’’Sekarang, saya berjuang keras untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas petinju Indonesia. Saya harus memulai itu dari Jatim. Sebab, tradisi Jatim sebagai kekuatan terbesar tinju pro di Indonesia harus dibangkitkan kembali,’’ ungkap perempuan kelahiran Surabaya 1974 itu.
 Dengan begitu, anak ketiga dari mendiang Eddy Pirih ini mulai membuka kembali jalan kejayaan tinju jatim yang mulai tertutup sekian lama. Salah satunya dengan menggelar kejuaraan tinju nasional di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya pada 3 Juli lalu.  Menurut Mona, para petinju harus mendapat posisi yang terhormat.
 Dengan prinsip itu, dia mencoba mengasah kembali animo masyarakat untuk melek tinju dengan menggelar kejuaraan di pusat-pusat keramaian.          ’’Alangkah baiknya apabila kita bisa mengikuti jejak Oscar de la Hoya. Setelah menjadi juara, dia menjadi promotor,’’ kata Mona.
 Dia pun mengaku bangga dengan De la Hoya karena  telah mengabdikan hidupnya untuk olahraga keras tersebut. Mona pun mengakui ide-ide seperti itulah yang akan ditempuhnya.
 “Apalagi pesan ayah sebelum meninggal untuk membangkitkan tinju jatim selalu terngiang dalam benakku,’’ sambung ibu dari tiga anak itu.
 Untuk strategi yang akan ditempuh, Mona coba memaksimalkan proses pembinaan di tinju di setiap sasana. Sebab, kunci suksesnya tinju pro ada di tangan petinju itu sendiri.
 ’’Karena kalau para petinju Indonesia sudah bisa bertinju dengan indah seperti petinju-petinju international, maka secara otomatis banyak sponsor yang akan mendekat. So, banyak kejuaraanpun akan tersaji dengan sendirinya,’’ papar wanita yang berulang tahun setiap 3 Februari itu.
 Mona pun punya cita-cita besar lain. Dia akan memberikan akses bagi para mantan petinju yang saat ini menjadi pelatih. Selain itu, dia juga berencana memperdayakan mereka sebagai promotor tinju nasional.
 ’’Karir para petinju harus jelas, profesi pelatih bukan akhir dalam meniti karir. Mereka harus bisa bekerja lebih professional lagi dengan menjadi promotor untuk menggali potensi tinju muda lainnya,’’ pungkas Mona. (JP)

Data Diri
Nama           : Mona Amelia Pirih
Lahir            : Surabaya 3 Februari 1974
Anak           : Jennifer Agatha (14)
                     Shania Natasya (13)
                     Sean Ryan (10)

Senin, 04 Juli 2011

Sofyan Efendi Pukul KO Dominggus

            Sofyan Efendi (kiri) melancarkan upper cut ke wajah Dominggus Nenokeba

   Sofyan Efendi berhasil membuktikan sesumbarnya. Petinju binaan Sasana Pirih Surabaya itu menang KO (knock out) atas Dominggus Nenokeba (Demokrat BC, Jakarta) pada ronde kelima, menit kedua, dan  detik ke-12 di  Surabaya Town Square (Sutos) Minggu malam (3/7/11).
Sebelum pertarungan, Sofyan sesumbar akan menghentikan perlawanan Domi pada ronde kelima. Kombinasi hook kanan dan disusul dengan upper cut kiri membuat Domi, sapaan akrab Dominggus, tersungkur. Wasit pertandingan Bambang Subagyo menghitung hingga hitungan kesepuluh dan Domi tak kunjung bangun. Sofyan pun berhak atas sabuk emas mendiang Eddy Pirih di kelas terbang mini 47,6 kg.
’’Kombinasi pukulan dia (Sofyan, Red) sangat luar biasa. Sebenarnya pada hitungan ketiga saya bisa bangun dan melanjutkan pertarungan. Tapi, sadar saya tidak mampu mengimbangi dia,’’ keluh Domi setelah laga.
Promotor pertandingan Mona Amelia Pirih langsung berjanji bakal mengorbitkan Sofyan ke kejuaraan internasional. ’’Mungkin Sofyan akan turun di dua atau tiga pertandingan lagi. Setelah itu, dia akan kami orbitkan ke kejuaraan IBF (International Boxing Federation),’’ ujar putri kandung mendiang Eddy Pirih itu. (JP)

Sabtu, 25 Juni 2011

Anthon Sihombing Pimpin KTI Pusat Lagi


Munas Komisi Tinju Indonesia (KTI) di Hotel Parapat, Kabupaten Parapat, Sumatera Utara yang berakhir kemarin (25/6) mengangkat kembali Anthon Sihombing sebagai ketua KTI pusat. Ini merupakan rekor, karena Anthon sebelumnya sudah menjadi ketua KTI tiga priode sebelumnya. ''Kami tidak punya calon pilihan lain kecuali Pak Anthon,'' kata M. Rois, salah seorang utusan dari Jatim yang mengikuti munas tersebut kemarin.
    Karena tidak ada pesaing itu, kontan saja Anthon dipilih secara aklamasi oleh 73 suara, dari perwakilan 17 pengurus provinsi dan 3 kabupaten dan kota se Indonesia. Anthon akan memimpin KTI sampai dengan 2015 mendatang.
            ’’Dengan adanya ketua baru ini, membuat semangat KTI untuk bangkit juga besar. Sebab, para pengurus provinsi juga bersepakat untuk memperbarui semua regulasi yang ada,’’ kata salah satu delegasi dari Jatim, M Rois.
            Menurut dia, suksesnya perhelatan munas KTI tersebut, juga tidak bisa dilepaskan dari andil perwakilan Jatim. Sebab, sampai menit-menit berakhirnya munas, tak satupun tokoh tinju nasional yang bersedia menjadi calon ketua KTI.
            ’’Oleh karena itu, kami dari Jatim langsung mengusung Pak Anthon sebagai katua KTI. Pertimbangannya, kecintaan dan semangat dia membangun tinju professional sudah terbukti,’’ lanjut Rois.
            Meskipun begitu, usul dari perwakilan provinsi paling timur di pulau jawa itu, tidak serta merta diterima begitu saja. Sebagian besar peserta munas malah berdiri dan menyatakan keberatan. Pasalnya, Anthon Sihombing adalah mantan ketua KTI Periode 2005-2009, yang tidak bertanggung jawab untuk menggelar munas di saat masa jabatannya berakhir.
            Ya, munas KTI tersebut sejatinya harus digelar pada 2009 lalu. Namun, karena lambannya kepengurusan yang lama, membuat even untuk memilih ketua baru KTI tersebut baru dilaksanakan pada Juni 2011. Delegasi dari Jatim yang iut dalam munas tersebut, adalah M Rois, Joko Tetuko, Dr Eddy Herman, dan Monot.
            ’’Karena alasan itu, membuat sebagian besar peserta menolak. Tapi, kami tak tinggal diam dan turun melakukan pendekatan dengan peserta lainnya. Akhirnya, mau tak mau mereka akhrinya menerima juga,’’ cerita Rois.
Sementara itu, Joko Tetuko yang bertindak sebagai pimpinan sidang menyatakan, munas tersebut adalah langkah kongrit yang digagas oleh pengurus provinsi atas kevakuman KTI selama dua tahun terakhir.
’’Sudah dua tahun ini KTI mati suri, maka ini adalah salah satu langkah awal untuk memperbaiki masa depan organisasi ini,’’ ujar pria yang juga mantan sekretaris Pengprov PSSI Jatim itu.

Senin, 13 Juni 2011

Selamat Jalan Silvy

Silvy (kanan) saat diperiksa dr Eddy Herman

Masyarakat tinju Jawa Timur kembali kehilangan anggotanya. Setelah tokoh dan pelatih tinju pro Jatim meninggal dunia Sabtu malam (4/6), kemarin giliran petinju wanita yang masih muda, Silvy dari sasana Kuda Liar Sidoarjo.
  
Silvy yang tergolong muda terakhir bertanding di halaman rumah susun Rungkut Surabaya pada 29 Mei lalu. Saat itu dia bertanding atas nama Kuda Liar, melainkan Sasana Rokatenda, Sidoarjo. Namun bukan karena pertandingan itu yang menyebabkan Silvy meningggal. ''Anak saya meninggal karena penyakit tifus,'' Kata Saikhu, ayah sekaligus pelatih Silvy.

Senin, 06 Juni 2011

                                  Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun
                             
       Segenap Pengurus KTI (Komisi Tinju Indonesia) Jawa Timur
                    Turut Berbelasungkawa atas Wafatnya
                        Teman dan Tokoh Tinju Nasional

                                   Bapak H. Abu Dhori
                                            (68 Tahun)

       Semoga Amal Ibadah Beliau Diterima Oleh Allah Subhanahu   
       Wata'ala, dan Keluarga yang ditinggal diberi ketabahan Iman.

Minggu, 05 Juni 2011

Mengenang Abu Dhori: Dari Pasar Malam Hingga Orbitkan Petinju Kelas Dunia


    Satu persatu tokoh tinju profesional menghadap sang Khaliq. Kali ini Haji Abu Dhori, salah seorang pelatih tinju terbaik negeri ini, meninggal dunia Sabtu malam (5/6). Semasa hidup, Abu Dhori dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang mencetak petinju-petinju juara. Sebut saja Wongso Suseno, Thomas Americo, hingga Nico Thomas.
   Nama besar Abu terlihat dari kedatangan pelayat yang silih berganti mendatangi rumah duka di Jl Bandulan IX/8 mulai Minggu pagi. Selain keluarga dan tetangga dekat, sebagian besar pelayat adalah para petinju, baik yang masih aktif maupun tidak.
    Bahkan, beberapa petinju yang berdomisili di luar Malang juga menyempatkan hadir di rumah duka. Tujuan mereka hanya satu, memberi penghormatan terakhir bagi sosok yang mereka kagumi. Sosok yang dianggap sebagai guru bagi para petinju.
    Abah atau Cak Abu, demikian Abu Dhori biasa disapa, meninggal di usia 68 tahun di rumahnya, pukul 21.00 Sabtu malam. Jenazahnya sendiri kemudian dimakamkan di TPU Bandulan kemarin pagi pukul 11.00.
    Sri Handayani, sang istri mengungkapkan, beberapa tahun belakangan ini Cak Abu menderita penyakit stroke. Selama itu pula, Cak Abu sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Bahkan, selama dua bulan terakhir, Cak Abu terpaksa menghabiskan hari-harinya di atas tempat tidur. ”Abah juga tidak bisa berbicara,” ujar Sri.
    Kondisi pria kelahiran Malang, 22 Desember 1944 itu semakin memburuk sejak Rabu lalu (1/6). Bahkan sejak Sabtu pagi, Cak Abu sudah tidak sadarkan diri. Atas saran dokter, dia hanya dirawat di rumah dengan bantuan infus. Hingga akhirnya pada pukul 21.00, Cak Abu menghembuskan nafas terakhir.
    Sri mengaku ikhlas dengan kepergian suaminya. Meski begitu, dirinya sempat menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah kepada suami, ketika sakit. ”Selama sakit, juga tidak ada orang KTI (Komisi Tinju Indonesia) yang datang ke sini. Apakah Abah sudah dilupakan? Tidak dianggap lagi seperti masa jayanya dulu,” kata Sri yang tak kuasa menahan air mata.
  Untungnya, selama sakit itu, Tinton Suprapto, mantan pembalap nasional yang dikenal dekat dengan Abu Dhori berkali-kali membantu biaya pengobatan suaminya itu. ”Terakhir, Pak Tinton memberi uang untuk membeli kursi roda. Sayang, kursi roda itu belum sempat terpakai oleh Abah,” kata Sri sambil menunjuk kursi roda yang berada di salah satu sudut ruang keluarga.
   Di mata keluarga, Cak Abu adalah sosok kepala rumah tangga yang baik sekaligus sosok pria yang patut diteladani. ”Terakhir yang saya ingat dari beliau, sekalipun kesehatannya memburuk, dia tetap menunjukkan semangatnya. Abah tidak ingin dianggap sakit oleh orang di sekitarnya,” kenang Sri.
   Semangat yang tidak pernah padam itulah yang membuat Cak Abu menjadi sosok paling disegani di dunia tinju tanah air. Perjalanannya di dunia tinju sangatlah panjang. Dia pun telah mengukir tinta emas sepanjang perjalanannya itu.
Memang, sebagai petinju, prestasinya tidak terlalu mencolok. Cak Abu lebih dikenal sebagai petinju pasar malam. Ini karena pada dekade 60-an, pertandingan tinju banyak dihelat di pasar malam.
    Kiprahnya diakui banyak pihak ketika menjadi pelatih tinju mulai tahun 70-an. Sejumlah sasana tercatat pernah dipegang oleh Cak Abu, mulai GTS (Gatot Subroto), Gajayana (1977-1986), Tons Co (1986—1990), PKT Bontang (1990-1994), hingga akhirnya mendirikan sasana sendiri, Dhori Gym, sejak 1995, di rumahnya.
    Sebagai pelatih, Cak Abu berkali-kali mengantarkan anak didiknya menjadi juara. Bukan hanya juara nasional, tapi juga juara internasional. Satu nama yang patut dikedepankan adalah Wongso Suseno. Dia menjadi petinju pertama Indonesia yang menjadi juara kelas welter versi OPBF (Oriental Pacific Boxing Federation) pada 1975.
Bahkan pada 1976, Wongso melengkapi prestasinya dengan sabuk juara WBA Intercontinental. Tak kalah fenomenal adalah Thomas Americo. Setelah menjadi juara OPBF kelas welter yunior pada 1980, Thomas mencatatkan diri sebagai petinju pertama Indonesia yang menantang juara dunia pada 1981.
    Kala itu, Thomas menantang juara dunia kelas welter junior WBC, Saoul Mamby. Pertandingan yang kala itu digelar di Jakarta juga tercatat sebagai pertandingan perebutan gelar juara dunia yang digelar kali pertama di Indonesia.
    Seperti tak pernah terputus, belum habis era Thomas, muncul lagi Djuhari yang merebut sabuk juara kelas ringan OPBF di tahun 1983. Daftar nama itu juga terus bertambah, karena Cak Abu juga pernah memoles juara WBC Intercontinental dan IBF Intercontinental, Nurhuda. Kemudian ada nama-nama Nico Thomas, Hasan Ambon, Little Holmes, Solikhin, Kid Hasan, Ahmad Fandi, dan lain-lain.
     Djuhari, salah seorang murid yang kemarin hadir di rumah duka mengaku sangat terkesan dengan sosok Cak Abu. ”Cak Abu itu sangat disiplin. Beliau tidak segan-segan memarahi petinjunya yang malas latihan atau keluyuran malam,” kata pria yang tercatat sebagai PNS Dispenda Pemkot Malang ini.
    Karena kedisiplinan dan ketegasannya, hampir tak ada satupun petinjunya yang berani membantah. ”Kami juga terkesima dengan wibawanya,” kata Djuhari.
Lain Djuhari, lain pula Ahmad Fandi, juara kelas bulu junior WBC Intercontinental antara 1998-1999. Fandi yang disebut sebagai ”produk” juara internasional terakhir Cak Abu itu punya kenangan tak terlupakan semasa dilatih Cak Abu.
    Pada 1999, melawan Akbar Maulana, dirinya mengutarakan keinginannya untuk menyerah saat istirahat ronde kelima. ”Saya bilang, fisik saya drop,” ujarnya kepada Cak Abu kala itu. Tidak disangka-disangka, Cak Abu tiba-tiba menampar wajah Fandi.
   Cak Abu bahkan berkata ”Kamu maju. Jangan menyerah,” tiru Fandi. Hebatnya, setelah tamparan dan kata-kata dari Cak Abu, dirinya justru semakin bersemangat. ”Saya tampil menggila, lawan saya pukul KO ronde tujuh,” ujar dia. Karena itulah, dia menyebut Cak Abu adalah pelatih terbaik yang pernah ditemui. ”Begitu pintarnya ia memotivasi petinjunya,” sambungnya.
     Jika Fandi menyebut Cak Abu sebagai motivator ulung, Nurhuda justru terkesan dengan kecerdasan Cak Abu dalam mengatur strategi. ”Dia mampu menganalisis kelebihan dan kekurangan lawan, plus menentukan strategi untuk memenangkan pertandingan,” kata pria yang lebih banyak dilatih oleh Wongso Suseno itu.
   Tak hanya sebagai sosok hebat di dunia tinju, Cak Abu adalah panutan di luar ring. Ia dikenal sebagai sosok yang religius. Ali Aswad, mantan petinju yang dikenal dekat dengan almarhum, terutama menjelang akhir hayatnya, mengaku bahwa Cak Abu seringkali mengingatkan orang-orang terdekatnya untuk salat. ”Dia  juga sering bilang, kamu jangan jadi orang yang sombong. Banyaklah beribadah,” kata dia.
    Ali mengungkapkan, ada satu warisan Cak Abu yang juga tidak bisa dilupakan, yakni sasana Dhori Gym. Setelah sempat vakum selama beberapa tahun, Dhori Gym mulai menggeliat pada Agustus 2010 silam. Dan sepeninggal Cak Abu, dirinya lah yang dipercaya untuk mengelola Dhori Gym. ”Semua orang tahu, membawa nama Abu Dhori sangat berat. Tapi saya harus bisa mengemban amanah itu dengan baik,” kata dia.
    Memang, Cak Abu telah pergi untuk selama-lamanya. Namun tidak demikian halnya dengan semangatnya, dedikasinya yang menjadi inspirasi banyak orang. Bahkan, kepergian Cak Abu harusnya menjadi tonggak untuk mengembalikan hingar-bingar dan kejayaan tinju seperti era 70-90an. Selamat jalan Cak Abu. (sumber:radar malang/jawa pos)

Selasa, 24 Mei 2011

Hero Harus Turunkan Berat Badan

   Persiapan Hero Tito jelang pertarungan perbaikan peringkat kelas bulu OPBF delapan ronde melawan Ryo Takanaka di Jepang 30 Mei 2011 sedikit terkendala. Petinju yang menyandang dua sabuk juara nasioal kelas bulu 57,1 kg versi KTI (Komisi Tinju Indonesia) dan KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia) itu mengalami masalah kelebihan berat badan.
    ”Berat Hero saat ini sekitar 59–60 kg. Karena pertandingan nanti Hero berlaga di kelas 57,1 kg, artinya ada kelebihan hingga 2 kg,” ungkap pelatih Sasana D’Kross yang menangani Hero, Nurhuda (23/5).
   Mengingat laga di Jepang kurang dari seminggu lagi, Hero mesti segera menurunkan berat badannya. Sebab, jika sampai timbang badan tak kunjung berada di berat ideal, petinju berusia 25 tahun itu pun bisa terancam gagal menjalani pertarungan.
    Meski begitu, Nurhuda yakin, dengan sisa waktu seminggu, Hero segera mendapatkan berat badan ideal. ”Saya kira kalau hanya dua kilo tidak akan terlalu sulit. Cukup dengan latihan jogging atau lari,” kata petinju nasional era 80-an  itu.
     Hero saat ini masih berlatih di Malang Boxing Camp (MBC), kompleks Stadion Gajayana. Latihannya masih difokuskan untuk meningkatkan kelenturan tubuh. Selain itu, karena pertarungannya tinggal seminggu lagi, tim pelatih meniadakan sparring partner.

Selasa, 19 April 2011

Rachman Juara WBA di Usia 39 Tahun



Petinju Jawa Timur Muhammad Rachman tampil luar biasa dalam usia 39 tahun. Dia mengukir sejarah sebagai petinju tertua yang berhasil merebut juara dunia kelas terbang mini versi WBA (World Boxing Association). Dia menang KO ronde kesembilan atas juara bertahan asal Thailand Kwanthai Sithmorseng, di Krungthep Thonburi University, Bangkok, Selasa sore (19/4).
     Rachman yang kini bermukim di Blitar, Jawa Timur itu pernah menjadi juara dunia kelas terbang mini IBF mulai 2004 hingga 2007. Gelar terakhirnya lepas ketika dia dikalahkan petinju Filipina Florante Condes dalam duel di Jakarta. Rachman dinyatakan kalah angka.
     Kekalahan itu bisa maklumi karena usia Rachman saat itu sudah 36 tahun. Rachman sendiri mengisyaratkan dirinya pension. Namun dalam perjalanannya Rachman masih belum bisa meninggalkan dunia tinju. Dia masih malang melintang dalam berbagai kejuaraan dan partai nongelar.

Jumat, 15 April 2011

Bumbu Pacel Madiun Pak Haji Tohir

Bagi anda yang menyukai Pecel Madiun, sudah saatnya mencoba bumbu Pecel Madiun yang satu ini. Rasanya khas,dan sangat cocok untuk dinikmati kapan saja. Pecel ini sudah terkenal di Surabaya, dan pelanggannya sudah banyak. Dibuat oleh Pak Haji Tohir yang sudah berpengalaman. Dibuat berbagai model dan ukuran yang juga cocok dipakai untuk oleh-oleh kerabat, teman-teman atau kolega di dalam dan luar kota. Untuk bisa menikmati bumbu pecel yang enak dan lezat ini anda cukup mengontak Bu Rini nomor telepon 08155091911 (HP) atau 031-91496191. Silakan mencoba.

Robert Kopa Ingin Boyong Gelar


                                     Robert  Kopa (foto Kholili Indro)

Petinju Rokatenda BC Robert Kopa bertekad mengalahkan Sony Manakane (Demokrat BC) pada laga Minggu (17/4/2011) di Jakarta Expo Center (JEC). Laga tersebut merupakan partai tambahan dalam pertarungan Chris John melawan Daud Yordan.
’’Tak ada petinju yang ingin kalah dalam setiap pertarungan, begitu juga lawan saya. Tetapi, melihat persiapan yang saya lalui selama ini, saya optimistis bisa membawa pulang gelar itu,’’ ujar Robert Kopa sebelum berangkat ke Jakarta kemarin (14/4).
Ya, Robert memang telah dipersiapkan dengan maksimal oleh sang pelatih, Yani Malhendo. Tak tanggung-tanggung, dia harus melahap sparing sebanyak seratus ronde sebelum turun dalam pertarungan perebutan sabuk nasional Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) kelas bulu 57,1 kg yang sedang lowong.
’’Jika dibandingkan dengan persiapan-persiapan sebelumnya, kali ini saya merasa lebih fit dan percaya diri. Cara bertarung lawan juga tidak berbeda dengan petinju kebanyakan,’’ tambah petinju kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu.
Hanya, petinju berusia 27 tahun tersebut patut memperhitungkan pengalaman yang dimiliki Sony Manakane. Sebab, jam terbang Robert dalam dunia tinju profesional masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.
Dalam karirnya, Robert baru turun sebanyak tujuh kali dengan 4 menang (2 KO), 2 kali kalah, dan 1 kali seri. Sementara itu, Sony sudah 24 kali naik ring dengan 14 kali menang (KO 8), 8 kali kalah (KO 6), serta 2 kali seri.
’’Kami sudah mengantisipasi semuanya, termasuk pengalaman tinju yang dimiliki sang lawan. Saya yakin Robert mampu berbuat banyak, meski jam terbang yang dia miliki tidak terlalu banyak,’’ ujar Yani.
Menurut Yani, dirinya telah menyediakan sejumlah program latihan bagi Robert sesampai mereka di Jakarta. Paling tidak, dengan program tersebut, Robert bisa cepat beradaptasi dengan kondisi Jakarta.
Pertandingan itu memang sangat penting bagi Robert. Jika bisa memenangi pertarungan, dia berpeluang menyandingkan dua sabuk nasional sekaligus. Saat ini Robert adalah pemegang sabuk ATI (Asosiasi Tinju Indonesia). (Jawa Pos)

Jumat, 08 April 2011

Ali Rohmad dan Hero Tito di Malang Super Fight

Tiga partai profesional, 15 partai  amatir, dan dua partai wanita tersaji dalam Malang Super Fight VII mulai pagi sampai malam hari ini (9/4). Semuanya berlangsung di Malang Boxing Camp (MBC), kompleks Stadion Gajayana.
Partai profesional  mempertemukan enam petinju kawakan. Juara nasional kelas bulu 57,1 kg versi  KTI (Komisi Tinju Indonesia) Hero Tito dari Sasana D’Kross Malang berhadapan dengan peringkat tiga nasional Vincent Olin dari Banteng Timur BC Jakarta. Partai ini memperebutkan juara kelas bulu 57,1 versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia).
      Selain itu, juara nasional kelas bantam junior KTI Ali Rohmad dari Sasana Yon Bek Ang Malang melawan Boido Simanjuntak dari Kuku Bima BC Semarang di kelas bantam 53,3 kg. Sedangkan Mosin Kadafi dari Sasana D’Kross bakal adu tangguh dengan Jack Timor dari Semen Gresik BC Tuban dalam pertarungan nasional perbaikan peringkat kelas terbang 49,9 kg.
     Dalam timbang badan di MOG kemarin, Hero Tito sudah berkoar untuk menjatuhkan Vincent dalam lima ronde. ”Target saya lima ronde. Saya mohon doa restu warga Malang supaya bisa memenangkan pertandingan,” ujar dia.
Sebaliknya, Vincent mengaku tidak memasang target KO atas Hero. Namun, dia bertekad  tampil bagus. ”Lihat saja siapa yang terbaik,” tandasnya.
Keyakinan memenangkan pertandingan juga diungkapkan kubu Ali Rohmad. Sutikno, pelatih Ali Rohmad, optimistis anak didiknya keluar sebagai juara. ”Pertarungan Ali dan Boido akan menarik. Saat ini Ali banyak mengalami peningkatan,” ujar Sutikno.
Pelatih Boido, Sutan Rambing, juga mengaku sudah menyiapkan petinjunya jauh-jauh hari untuk tampil di Malang. ”Boido petinju bagus. Namun, saya tidak mau sombong dulu. Lihat saja di ring nanti, siapa yang terbaik,” ucap mantan pelatih Chris John ini.
Promotor Malang Super Fight VII Ade Herawanto menyatakan, agenda tersebut salah satunya bertujuan menggairahkan kembali tinju di Malang. ”Kami ingin Malang menjadi salah satu barometer tinju di tanah air seperti beberapa tahun silam,” ucap pemilik Sasana D’Kross ini.
Pada Malang Super Fight VII ini, juga digelar ekshibisi antara Ketua KTPI Ruhut Sitompul versus pelawak Tessy Kaboel. Ruhut sekaligus akan melantik pengurus KTPI Malang. Selain itu, ada parade band dan sexy dancer. (radar malang)

Senin, 28 Maret 2011

Menang TKO, Darsim Buru Gelar KTI

                                                  Darsim Nanggala

Petinju Darsim Nanggala membuktikan janjinya. Dalam pertarungan melawan Dwi Amx kemarin (27/3) di Garut, Jawa Barat, petinju asal Sasana Amphibi iSidoarjo tu meraih kemenangan TKO (technical knock out) pada ronde ke-6. Dengan kemenangan itu Darsim berhak menyandang gelar juara kelas welter (66,6 kg) KTPI.
Wasit Jeferson Ponto (Sulut) menghentikan pertarungan tersebut setelah Dwi menyatakan menyerah dan tak mungkin melanjutkan pertarungan. Sebelumnya, petinju asal Sasana Siliwangi Bandung itu menerima sepuluh kali berturut-turut pukulan Darsim tanpa bisa melawan.
Ketika dihubungi kemarin, pelatih Darsim, Beni Belonis, menyatakan anak asuhnya bermain sesuai dengan strategi yang diinstruksikan. ”Sejak ronde pertama Darsim saya suruh merangsek dan bertinju dengan jarak pendek,” kata Beni. Berkat strategi itu, Dwi kerepotan membendung pukulan Darsim.
Di ronde ketiga, Darsim nyaris menganvaskan Dwi. Kombinasi pukulan jab kiri dan upper cut kanan Darsim membuat Dwi limbung serta pelipis kanannya robek. Mengetahui kondisi lawan yang sudah rapuh, Darsim semakin bersemangat untuk merobohkan lawan sesuai dengan target. Yakni, tak lebih dari delapan ronde.
Akhirnya di ronde keenam pertahanan Dwi jebol. Diawali straight kanan, Darsim lantas melancarkan kombinasi pukulan bertubi-tubi. Dwi terpojok dan tak melancarkan pukulan balasan sama sekali. Melihat kondisi itu, wasit menghentikan pertarungan dan menanyai Dwi. Rupanya Dwi menyatakan tak sanggup lagi bertarung.
Darsim merasa gembira dengan kemenangan yang diraihnya. ”Alhamdulillah, berkat doa keluarga dan masyarakat Sidoarjo saya memenangi pertarungan ini tanpa mengalami luka,” ujar bapak dua anak tersebut. Dengan koleksi gelar sabuk juara kemarin, saat ini Darsim memegang dua sabuk juara kelas welter; versi ATI dan KTPI.
Setelah kemenangan kemarin Darsim berambisi menyabet gelar ketiga. Dia ingin merebut sabuk juara kelas welter versi KTI yang dipegang William Raick. Pada pertarungan Januari lalu, Darsim kalah angka oleh William. ”Semoga tahun ini bisa terealisasi,” ucap petinju berusia 31 tahun itu. (Jawa Pos)

Minggu, 20 Maret 2011

Basez Kalah TKO di Thailand

                                 Julio Basez (foto: kholili indro)

Ambisi Julio de la Basez untuk mempersembahkan gelar juara di masa senja karirnya tidak terwujud. Dia gagal membawa pulang gelar juara dari Thailand. Petinju binaan Sasana Indonesia Raya Boxing Camp (Inra BC), Surabaya, itu kalah TKO pada ronde ke-10 oleh Fashai Sakkrerin (Thailand) dalam kejuaraan international IBF Aspac Jumat (18/3).
’’Sebenarnya Basez mampu mengimbangi pertarungan sejak ronde awal. Namun, lawan Basez memang istimewa. Dia mampu mencuri kesempatan dan menyerang bertubi-tubi menjelang akhir pertarungan,’’ kata Mikdon Neddy Tanaem, manajer Inra BC.

Selamat Jalan Pulo Sugarray