Senin, 16 Maret 2015

Daniel Bahari, Totalitas Hidup dalam Tinju








Hari ini (16/3) dunia tinju professional dan amatir Indonesia kehilangan salah seorang tokoh terbaiknya. Ya, Daniel Bahari adalah legenda tinju yang komplit dalam percaturan olahraga adu jotos Indonesia.
     Tidak hanya sebagai pelatih, dia juga seorang manajer dan promotor tinju yang cemerlang. Sudah banyak petinju yang meraih prestasi hebat dari tangannya. Karena itu ketika dunia tinju Indonesia mati suri, kepergian Daniel Bahari ke alam baka seperti kian menambah kemuraman saja.
    Selain mengantarkan putra pertamanya Pino Bahari meraih medali emas di Asian Games 1990, Daniel dengan sasana miliknya, Cakti Bali, juga melahirkan banyak petinju terkenal pada masanya. Sebut saja Fransisco Lisbo, Adi Swandana dan Yulianus Bunga. Bahkan dia juga pernah menangani mantan juara IBF kelas bantam junior Ellyas Pical.
     Karena turut mengharumkan nama bangsa di pentas internasional, Sasana Cakti Bali dijadikan nama jalan oleh pemerintah daerah Bali. Sebuah pencapaian yang mengagumkan.
    Di bidang kepromotoran, Daniel tak kalah gemerlap. Padahal saat itu juga ada nama-nama promotor top nasional, seperti Aseng Herry Sugiarto, Setijadi Laksono, dan Boy Bolang.
     Daniel Bahari mampu menghidupkan tinju Indonesia begitu semarak pada tahun 1990-an. Daniel yang menjadi promotor dan match maker di stasiun TV Indosiar mampu mengubah pola pegelaran tinju off air menjadi on air. Gelar Tinju Profesional  (GTP) Indosiar yang ditayangkan setiap Jumat malam selalu dinanti masyarakat tinju Indonesia, karena petinju yang ditampilkan selalu menarik untuk disaksikan.
    Seorang promotor atau match maker tinju bisa dilihat dari cara dia memilih petinju untuk dihadapkan satu sama lain. Dan disitulah kelebihan Daniel Bahari, sehingga setiap partai yang dia tampilkan selalu menarik untuk disaksikan. Terbukti rating GTP selalu tinggi, padahal acara itu digelar pada tengah malam.
   Dari pertandingan di GTP itu pula Chris John muncul. Dia kemudian menjadi bintang top dan menjadi petinju hebat di badan tinju dunia WBA. Dalam pertanyaan pun, Chris John mengakui kehebatan Daniel.’’Pak Daniel adalah salah satu pelopor semaraknya pertarungan tinju profesional di televisi pada era 1990-an,’’ kenang Chris John.
    Daniel yang saya kenal adalah figur yang familiar, lugas dan tegas. Dia juga sangat disiplin ketika melatih para petinjunya, termasuk kepada anak-anaknya ketika berlatih. Baik kepada Pino Bahari, Champ Bahari, Nemo Bahari dan Daudy Bahari.
      Tinju bagi Daniel Bahari  adalah adalah olahraga keras, karena itu jika seseorang memutuskan untuk menjadi petinju maka harus siap berlatih keras. Jika tidak, akan menjadi bulan-bulanan lawannya yang bisa saja membahayakan dirinya. Risikonya bisa tewas atau gegar otak. Dan itulah yang tidak dikehandaki Daniel. Petinjunya harus benar-benar fit dan siap bertanding.
     Daniel sebenarnya memiliki restoran di Bali, namun dia lebih banyak menghabiskan waktunya di tinju. Totalitasnya dalam tinju tak bisa diragukan. Selain dirinya, dia juga melibatkan anak-anaknya untuk menggeluti olahraga keras itu. Dan terbukti, perannya dalam mengembangkan tinju pro maupun amatir sangatlah besar. Jasanya akan dikenang sepanjang masa. Selamat jalan Om Daniel Bahari. (kholili indro)



Selasa, 10 Maret 2015

Muhammad Rachman, Tetap Bugar di Usia 43 Tahun





Petinju muda tanah air harus mencontoh disiplin yang diterapkan Muhammad Rachman. Di usianya yang sudah berkepala empat, Rachman masih terus bertanding tinju berkat disiplin latihan setiap harinya.
-------
Suasana Sasana KPJ Bulungan di Blok M (23/2) tampak riuh. Belasan orang mengelilingi ring tinju berukuran 7x7 meter di sisi belakang bekas Warung Apresiasi (Wapres) Blok M tersebut. Dengan headguard berwarna merah, petinju Rachman menjajal beberapa petinju yang berlatih di KPJ Bulungan itu.

"Itu dilihat, gaya main Rachman sama sekali tak hilang. Walau sudah berusia 40 tahun lebih. Pengaturan tenaga dan perhitungan jarak pukulnya tak pernah meleset," sebut pelatih KPJ Bulungan Misyanto kepada petinju junior binaannya.

Buat Little Homs, nama ring Misyanto di tinju profesional Indonesia, sosok Rachman adalah petinju langka di tanah air. Little Homs bahkan mengibaratkan Rachman ini seperti layaknya petinju gaek AS Bernard Hopkins.

Nah, jadwal terbaru Rachman akan bertanding melawan petinju Thailand Knockout CP Freshmart di Bangkok pada 5 Maret dalam kejuaraan dunia ad interim kelas terbang mini (47,6 kilogram) versi WBA. Rachman sendiri sudah pernah juara dunia dua kali di dua badan tinju di kelas terbang mini. Yakni IBF dan WBA. IBF didapat pada tahun 2004 lalu. Sedang WBA pada 2011 lalu.

Usai sparring lawan Noldi Manakane dan Johan Wahyudi, Rachman menuturkan siap bertempur lawan petinju Thailand. Meski berbeda 19 tahun dengan calon lawannya itu, Rachman tak gentar.

"Buat saya, umur adalah angka saja. Kalau kita disiplin menjaga makan, latihan, dan istirahat saya yakin tak masalah akan bertanding kapanpun dan dimanapun," sebut suami Lilis Setyawati itu.

Rachman yang sudah bertinju profesional sejak 1993 itu menyebutkan sering ditawari mendadak untuk bertanding. Kadang seminggu sebelum laga, mantan petinju Sasana Akas Probolinggo itu baru disodori kontrak bertanding. Asal harga cocok, Rachman tak keberatan.

Mengenai resep kebugaran sampai usia 43 tahun ini, petinju kelahiran Merauke Papua itu mengaku mengatur pola makan. Dalam dua tahun belakangan, Rachman mengurangi konsumsi karbohidrat. Sekali makan, nasi yang ada di piringnya cuma sekitar 100 gram. Kalau Rachman mengira-ira, cukup satu centhong nasi.

Untuk lauk, Rachman memilih yang mengandung protein tinggi. Ikan laut, telur setengah matang, dan daging sapi. Tak lupa sayuran harus selalu ada.

"Kalau ada yang saya stop buat konsumsi adalah daging rusa. Daging rusa memang bagus buat vitalitas, namun kini saya mencoba lebih saleh dalam dua tahun belakangan," kata Rachman.

Alasan Rachman berhenti memakan daging rusa karena asal usul daging itu sering tak jelas. Dalam pandangan Rachman, sebagai pemeluk agama Islam tak akan memakan daging yang bukan disembelih dan menyebut nama Tuhan. Daging rusa yang disantapnya lebih sering hasil buruan atau disabet pedang oleh pemburu.

Rachman juga kini lebih rajin mengkonsumsi air putih. Dalam sehari, petinju yang usdah bertanding 81 kali di karir profesionalnya itu berkata minimal lima liter air putih diminumnya.

"Saya dulu sering kencing batu waktu masih di Sasana Akas Probolinggo. Saya sangat kurang minum air putih. Kalaupun minum sangat sedikit. Kalau latihan berat, setelahnya sering kencing darah," tutur Rachman.

Jika sakit pun, Rachman menghindari konsumsi obat berbahan dasar kimia. Ketika masih tinggal di Jawa, susu kambing etawa adalah obat terbaik buat Rachman. Namun setelah menetap di Merauke dua tahun belakangan dan susah mencari susu kambing etawa, Rachman mengalihkannya kepada sayur. (jp)

Rabu, 13 Agustus 2014

Giliran Roy Muchlis Berguru ke Australia




Setelah Hero Tito (D’Kross Malang BC) digodok di Australiia, kini giliran Roy Mukhlis Philipus Berokalli. Juara WBO Asia Pasific kelas ringan 61,2 kg asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu akan menapaki sejarah baru dalam kariernya. Petinju berjuluk the Sniper itu akan bertolak ke Australia untuk berguru di sasana Harrys Gym, Perth. Sasana tersebut tidak lain adalah milik Craig Christian, mantan pelatih Chris John.
“Mohon doanya, saya tanggal 13 (Agustus) bertolak ke Australia untuk melanjutkan karier,” tulisnya sebagaimana dimuat Jawa Pos. Roy Mukhlis berharap keinginannya untuk lebih sering naik ring di pentas tinju internasional semakin terbuka dengan berlatih di Australia. Seperti diketahui, di sasana tinju tujuannya itu, terlahir juga juara dunia asal Indonesia Chris John.
Karir bertinju Roy Mukhlis sendiri memang tidak terlalu mulus. Roy muda pernah bertinju di bawah naungan sasana Pemuda Pancasila Tangerang sampai pada 2003. Pada saat usianya 17 tahun tersebut, sasana Bank Buana Semarang milik Sutan Rambing mencium bakatnya.
Dengan nilai transfer Rp 20 juta Sutan Rambing merekrutnya. Roy Mukhlis didatangkan untuk menjadi rekan sparring Chris John, yang saat itu juga masih bernaung di sasana tersebut.
Karena kontrak pembagian fee yang tidak jelas, pada 2011 Roy memilih hengkang ke Jawa timur dan bernaung di sasana GRIB Surabaya. Selama bernaung di sasana tersebut, Roy dititipkan di sasana Rokatenda Surabaya, di bawah asuhan pelatih Yani Malhendo.

Yani saat ditemui secara terpisah, mengaku sudah mengetahui rencana anak asuhnya tersebut bertolak ke Australia. Yani mengaku sedikit kecewa lantaran Roy terkesan agak tertutup terkait kepindahnnya tersebut kepada dirinya.
“Dia memang sudah bilang ke saya mau terbang ke Australia. Hanya saja, saya sedih karena merasa perjuangan saya melatih dia selama ini berakhir seperti tidak ada kesan apa apa,” jelasnya saat ditemui di sasana Rokatenda Surabaya. Roy sendiri, sampai saat ini masih tercatat sebagai petinju peringkat 13 dunia di kelasnya versi WBO.

Selasa, 29 Juli 2014

Selamat Idul Fitri 1435


Tito Digodok di Australia





Hero Tito, petinju asal sasana d’Kross, Malang,  kini menjalani program latihan di Australia. Dia diharapkan menjadi petinju Indonesia yang bisa meroket seperti Chris John yang digembleng oleh pelatih Craig Cristian.
    Pemilik sasana d’Kross Ade Herwanto, mengatakan program latihan dilakukan selama beberapa pekan. Latihan  diisi dengan serangkaian latihan tanding menghadapi sederet petinju andal, termasuk Daud Cino Jordan.
    ’’Beberapa waktu lalu, Hero Tito juga telah melaksanakan serangkaian persiapan intensif di Australia. Tapi itu belum cukup, ia kembali bertolak ke Australia untuk melanjutkan program persiapan, yang sudah disusun pelatih Craig Cristian,” tutur Ade.
     Ade menyatakan, Hero merupakan salah satu petinju yang diandalkan Indonesia, untuk terus berprestasi ke jenjang  internasional. Bahkan, ia digadang-gadang bisa menggantikan kiprah mantan juara dunia Chris John.
Hal tersebut dinilainya tidak berlebihan, sebab Hero sekarang sudah mempunyai modal berharga, dengan menjadi juara kelas ringan junior Indonesia versi Federasi Tinju Indonesia (FTI) dan Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI).
    ’’Prestasi tersebut sangat kami apresiasi. Bahkan, memotivasi kami untuk terus memaksimalkan persiapan Hero,” jelasnya.
    Ia juga menyatakan, Christian yang menangani Hero selama di Australia, sebenarnya melirik potensi Hero untuk bisa diproyeksikan bersama-sama Daud Jordan, sebagai calon juara dunia pengganti Chris John.
   ’’Untuk itu, Christian berharap petinjunya sukses menjawab tantangan tersebut dengan semangat tempur tinggi dan ketekunan berlatih, serta disiplin penuh selama di Perth, Australia,” pungkasnya. (sprta)

Jumat, 27 Desember 2013

Main di Papua Siapa Takut


Gagal merebut sabuk juara Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) dari tangan petinju Manado Espinos Sabu pada Oktober lalu, Frans Jacksen mulai berburu gelar lagi.
Ya, petinju asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu sudah mendapat tawaran untuk naik ring di Papua pada Januari mendatang. Bila rencana tersebut benar-benar terealisasi, itu adalah kali kedua dia bertarung di Papua dalam enam bulan terakhir.
’’Pertengahan tahun ini dia (Frans, Red) pernah bertarung di sana. Saat ini dia mendapat tawaran untuk naik ring lagi di sana. Ini adalah peluang bagus bagi dia untuk mengembalikan kepercayaan dirinya,’’ kaya Yani Malhendo, pelatih tinju di Sasana Rokatenda.
Menurut pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu, tawaran naik ring tersebut datang langsung dari M. Rachman yang tidak lain adalah mantan juara dunia tinju kelas terbang mini (47,6 kg) asal Indonesia. Memang, dalam kejuaraan tersebut, M. Rachman bertindak sebagai promotor kejuaraan.
’’Rachman sendiri yang meminta Frans bertarung di sana. Jadi, tugas kami saat ini ialah memberikan program latihan dengan maksimal agar Frans bisa tampil bagus dan membawa pulang hasil bagus dari Papua,’’ ujar pria yang pernah memegang sabuk juara IBF itu.
Hanya, lanjut Yani, Rachman belum memberitahukan siapa lawan yang akan dihadapi Frans di Papua. ’’Tapi, prinsip kami, semua petinju di Indonesia sama saja. Yang  membedakan mereka adalah siapa yang memiliki persiapan dan program latihan lebih bagus,’’ tegas Yani.
Sementara itu, Frans mengatakan bahwa dirinya cukup senang dengan adanya tawaran tersebut. Sebab, selain untuk memperbaiki peringkat di level nasional, dia mendapat kesempatan untuk memperbaiki mental bertandingnya setelah kekalahan dari Espinos Sabu pada Oktober lalu.  Dalam pertarungan yang berlangsung di Jakarta itu, Frans kalah TKO (technical knockout) pada ronde ke-7 di antara 12 ronde yang direncanakan. 
’’Tidak banyak petinju yang sering mendapatkan tawaran naik ring seperti ini. Bagi saya, ini peluang emas. Saya harus berusaha memaksimalkannya,’’ ucapnya.(jp)

Minggu, 13 Oktober 2013

Sikat Haya, Mukhlis Juara WBO Aspac

Jawa Timur dan Indonesia kembali memiliki juara tinju versi WBO
Asia Pasific (Aspac). Prestasi apik itu didapat setelah Roy Mukhlis (GRIB Jatim) berhasil menang angka mutlak atas Weng Haya (Filipina) dalam duel perebutan gelar lowong kelas ringan 61,2 kg WBO Asia Pasific dan Sabuk Emas Pangdam V Brawijaya Surabaya di GOR Hayam Wuruk Kodam V Brawijaya, Sabtu malam (12/10).
Dalam pertarungan yang disaksikan oleh ratusan penonton itu, Hakim A Salven Lagumbay (Filipina) memberikan nilai 115-113, Hakim B Eric S (Jakarta) 117-111, dan Hakim C, Bambang (Gresik) memberikan nilai 116-112 untuk kemenangan Roy Mukhlis.
”Ini pertarungan yang sangat luar biasa, lawan tampil diluar dugaan. Tapi, Alhamdulillah saya bisa mengatasinya dalam pertarungan tadi (kemarin, Red),” kata petinju asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu setelah pertarungan sebagaimana dikutip Jawa Pos.
Weng Haya memang terlihat cukup tangguh sepanjang pertarungan. Selain didukung dengan kondisi fisik yang prima, Weng juga memiliki speed punch yang sangat bagus serta pergerakan kaki yang lincah. Kondisi tersebut yang membuat Roy tak mampu memenuhi ambisinya menyelesaikan pertarungan pada ronde ketujuh dari total 12 ronde yang direncanakan.
”Saya sebenarnya punya peluang untuk jatuhkan dia (Weng) di ronde ketujuh. Tetapi lawan banyak main curang dan suka merangkul. Itu yang membuat ruang gerak saya semakin terbatas,” keluh Roy atas cara bermain Weng Haya yang selalu merangkul itu.
Sejak ronde pertama, kedua petinju memang sudah tampil impresif dengan saling jual beli pukulan. Bahkan, saat ronde pembuka itu baru berjalan satu menit Roy Mukhlis mampu  mendesak Weng Haya di sudut netral, kombinasi pukulan hook dan upper cut keras berhasil membuat sang lawan tertekan. Di ronde kedua, kombinasi pukulan Weng Haya ke arah perut dan wajah Roy juga membuat dia bisa keluar dari tekanan.
Tensi pertandingan naik saat memasuki ronde ketiga setelah kedua petinju sama-sama mempertontonkan kebolehan dan teknik bertinju mereka. Saat memasuki ronde keempat berjalan satu menit kedua petinju gencar dengan jual beli pukulan. Dalam ronde ini Roy sempat jatuh. Namun, wasit M Rois asal Surabaya tidak memberikan angka bagi Weng. Wasit memutuskan Roy jatuh bukan karena pukulan tapi karena terpelset. Roy juga sempat jatuh di ronde keenam, tapi wasit memutuskan itu bukan akibat pukulan tapi terpeleset.
Karena dua kali melihat lawannya jatuh tapi juga tak diberikan angka, Weng Haya meradang. Setelah pertandingan, dia menyebut lebih pantas memenangkan laga itu. ”Kenapa lawan dua kali jatuh tapi tak dihitung, ini tidak adil bagi kami,” protes petinju dengan nama asli Wilson Vismar Ogso itu.
     Sementara itu, Mikdon Neddy Tanaem, sang promotor mengatakan bahwa ambisi mereka untuk memboyong Roy ke pentas tinju dunia sudah bulat. ”Kami akan memaksimalkan persiapan Roy terlebih dahulu. Tentu dengan memperbanyak jadwal sparring bagi dia,” jelas Neddy.