Jumat, 27 Desember 2013

Main di Papua Siapa Takut


Gagal merebut sabuk juara Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) dari tangan petinju Manado Espinos Sabu pada Oktober lalu, Frans Jacksen mulai berburu gelar lagi.
Ya, petinju asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu sudah mendapat tawaran untuk naik ring di Papua pada Januari mendatang. Bila rencana tersebut benar-benar terealisasi, itu adalah kali kedua dia bertarung di Papua dalam enam bulan terakhir.
’’Pertengahan tahun ini dia (Frans, Red) pernah bertarung di sana. Saat ini dia mendapat tawaran untuk naik ring lagi di sana. Ini adalah peluang bagus bagi dia untuk mengembalikan kepercayaan dirinya,’’ kaya Yani Malhendo, pelatih tinju di Sasana Rokatenda.
Menurut pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu, tawaran naik ring tersebut datang langsung dari M. Rachman yang tidak lain adalah mantan juara dunia tinju kelas terbang mini (47,6 kg) asal Indonesia. Memang, dalam kejuaraan tersebut, M. Rachman bertindak sebagai promotor kejuaraan.
’’Rachman sendiri yang meminta Frans bertarung di sana. Jadi, tugas kami saat ini ialah memberikan program latihan dengan maksimal agar Frans bisa tampil bagus dan membawa pulang hasil bagus dari Papua,’’ ujar pria yang pernah memegang sabuk juara IBF itu.
Hanya, lanjut Yani, Rachman belum memberitahukan siapa lawan yang akan dihadapi Frans di Papua. ’’Tapi, prinsip kami, semua petinju di Indonesia sama saja. Yang  membedakan mereka adalah siapa yang memiliki persiapan dan program latihan lebih bagus,’’ tegas Yani.
Sementara itu, Frans mengatakan bahwa dirinya cukup senang dengan adanya tawaran tersebut. Sebab, selain untuk memperbaiki peringkat di level nasional, dia mendapat kesempatan untuk memperbaiki mental bertandingnya setelah kekalahan dari Espinos Sabu pada Oktober lalu.  Dalam pertarungan yang berlangsung di Jakarta itu, Frans kalah TKO (technical knockout) pada ronde ke-7 di antara 12 ronde yang direncanakan. 
’’Tidak banyak petinju yang sering mendapatkan tawaran naik ring seperti ini. Bagi saya, ini peluang emas. Saya harus berusaha memaksimalkannya,’’ ucapnya.(jp)

Minggu, 13 Oktober 2013

Sikat Haya, Mukhlis Juara WBO Aspac

Jawa Timur dan Indonesia kembali memiliki juara tinju versi WBO
Asia Pasific (Aspac). Prestasi apik itu didapat setelah Roy Mukhlis (GRIB Jatim) berhasil menang angka mutlak atas Weng Haya (Filipina) dalam duel perebutan gelar lowong kelas ringan 61,2 kg WBO Asia Pasific dan Sabuk Emas Pangdam V Brawijaya Surabaya di GOR Hayam Wuruk Kodam V Brawijaya, Sabtu malam (12/10).
Dalam pertarungan yang disaksikan oleh ratusan penonton itu, Hakim A Salven Lagumbay (Filipina) memberikan nilai 115-113, Hakim B Eric S (Jakarta) 117-111, dan Hakim C, Bambang (Gresik) memberikan nilai 116-112 untuk kemenangan Roy Mukhlis.
”Ini pertarungan yang sangat luar biasa, lawan tampil diluar dugaan. Tapi, Alhamdulillah saya bisa mengatasinya dalam pertarungan tadi (kemarin, Red),” kata petinju asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu setelah pertarungan sebagaimana dikutip Jawa Pos.
Weng Haya memang terlihat cukup tangguh sepanjang pertarungan. Selain didukung dengan kondisi fisik yang prima, Weng juga memiliki speed punch yang sangat bagus serta pergerakan kaki yang lincah. Kondisi tersebut yang membuat Roy tak mampu memenuhi ambisinya menyelesaikan pertarungan pada ronde ketujuh dari total 12 ronde yang direncanakan.
”Saya sebenarnya punya peluang untuk jatuhkan dia (Weng) di ronde ketujuh. Tetapi lawan banyak main curang dan suka merangkul. Itu yang membuat ruang gerak saya semakin terbatas,” keluh Roy atas cara bermain Weng Haya yang selalu merangkul itu.
Sejak ronde pertama, kedua petinju memang sudah tampil impresif dengan saling jual beli pukulan. Bahkan, saat ronde pembuka itu baru berjalan satu menit Roy Mukhlis mampu  mendesak Weng Haya di sudut netral, kombinasi pukulan hook dan upper cut keras berhasil membuat sang lawan tertekan. Di ronde kedua, kombinasi pukulan Weng Haya ke arah perut dan wajah Roy juga membuat dia bisa keluar dari tekanan.
Tensi pertandingan naik saat memasuki ronde ketiga setelah kedua petinju sama-sama mempertontonkan kebolehan dan teknik bertinju mereka. Saat memasuki ronde keempat berjalan satu menit kedua petinju gencar dengan jual beli pukulan. Dalam ronde ini Roy sempat jatuh. Namun, wasit M Rois asal Surabaya tidak memberikan angka bagi Weng. Wasit memutuskan Roy jatuh bukan karena pukulan tapi karena terpelset. Roy juga sempat jatuh di ronde keenam, tapi wasit memutuskan itu bukan akibat pukulan tapi terpeleset.
Karena dua kali melihat lawannya jatuh tapi juga tak diberikan angka, Weng Haya meradang. Setelah pertandingan, dia menyebut lebih pantas memenangkan laga itu. ”Kenapa lawan dua kali jatuh tapi tak dihitung, ini tidak adil bagi kami,” protes petinju dengan nama asli Wilson Vismar Ogso itu.
     Sementara itu, Mikdon Neddy Tanaem, sang promotor mengatakan bahwa ambisi mereka untuk memboyong Roy ke pentas tinju dunia sudah bulat. ”Kami akan memaksimalkan persiapan Roy terlebih dahulu. Tentu dengan memperbanyak jadwal sparring bagi dia,” jelas Neddy.

Jumat, 11 Oktober 2013

Roy Mukhlis vs Weng Haya Berebut Gelar WBO Aspac


  
 
Weng Haya
Roy Mukhlis
  Sabtu  malam (12/10) menjadi pertaruhan karir petinju Roy Mukhlis (Sasana GRIB Jatim) untuk merebut juara kelas ringan (61,2) versi WBO Asia Pasific (Aspac) di GOR Hayam Wuruk Surabaya. Dia akan menghadapi petinju Filipina Weng Haya dalam perebutan gelar yang sedang lowong.     
     ”Ini kesempatan terbaik yang dimiliki oleh Roy Mukhlis. Sebab, kalau dia berhasil memenangkan pertarungan ini, maka sudah pasti Indonesia punya satu wakil di level WBO Asia Pasific. Peluang ini wajib direbut oleh Roy Mukhlis,” kata Mikdon Neddy Tanaem, promotor pertandingan.
          Menurut pria yang juga pengusaha di bidang jasa ekspor dan impor itu, dirinya sudah merencanakan karir Roy Mukhlis di level dunia. Hanya saja, Roy harus mampu menunjukkan penampilan terbaiknya dalam pertarungan yang juga memperebutkan sabuk emas Pangdam V Brawijaya Surabaya itu.
          Ya, pada akhir 2010 lalu, Roy Mukhlis pernah memiliki kesempatan untuk merebut gelar juara dunia WBA saat melawan Takashi Uchiyama di Jepang. Sayang, saat itu keberuntungan belum berpihak kepada  Roy Mukhlis. Petinju asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini kalah TKO pada ronde kelima.
          Dalam kesempatan terpisah Roy Mukhlis mengatakan bahwa dirinya telah banyak belajar dari kekalahan di Jepang. Bahkan, beberapa kelemahan seperti strategi bertarung yang terlalu terbuka juga sudah dia evaluasi. ”Saya tidak mau mengambil resiko, saya harus berjuang habis-habisan untuk gelar ini,” tegasnya sebagaimana dikutip Jawa Pos.
          Memang, apabila dilihat dari rekor bertanding kedua petinju, Roy Mukhlis masih unggul di atas kertas. Dari 30 kali naik ring, Roy Mukhlis sudah mengoleksi 26 kemenangan (20 KO), 2 kali seri dan dua kali kalah. Sementara Weng Haya 17 kali menang (9 KO) dan enam kali kalah (3 KO) dari total 23 pertandingan.
    Roy Mukhlis juga diunggulkan dalam pertarungan ini, lantaran sang lawan baru mengalami kekalahan KO pada ronde kedua saat bentrok melawan Miguel Berchelt di Meksiko, 22 Juni lalu.
      Bagaimana dengan Haya? Petinju kelahiran Mandaue City, Cebu Filipina 24 tahun silam ini juga tak keder dengan sesumbar petinju tuan rumah. ’’Persiapan saya di Filipina juga sangat maksimal, dan saya yakin bisa meraih kemenangan di sini,’’ kata Wilson Vismar Ogso, nama asli Weng Haya.

       Markus Remiasa, ketua panitia kejuaraan mengatakan, pertandingan yang digratiskan untuk penonton tersebut akan menjadi tolok ukur pergelaran tinju profesional di Jatim," Kami memang sudah bertekad untuk meningkatkan frekuensi tinju di Jatim, tapi kalau perhelatan ini sukses, kami optimistis kejuaraan dengan level paling tinggi juga bisa terlaksana di Jatim," tegas Remiasa.

Partai Lainnya

1.   Jacob Ton (Nekmese BC Surabaya) v Beny Tamaela (Linduji BC Solo) Kelas Welter Jr 63.5 Kg.
2.   Beniqno (Sasando BC Tangerang) v Hanif Brawijaya (Arhanudse 8 BC Sidoarjo) Kelas bulu 55.3 Kg
3.   Rivo Rengkung (Linduji BC Solo) v Otnel Negrito (Thomas Americo BC Dili Timor Leste) Kelas bulu 57.1 Kg
4.   Rachmad Budi (Arema Singo Edan BC) v Delio Fernandes (Thomas Americo BC, Dili) Kelas terbang 50.8 Kg.

Selasa, 30 Juli 2013

Roy Mukhlis Dicarikan Lawan


 

Lama tidak bertanding membuat petinju Roy Mukhlis ngebet bertanding. Petinju Sasana GRIB Surabaya itu pun menyambut gembira ketika dirinya akan bertanding pada 10 November mendatang di Surabaya. Menurut rencana dia akan bertanding di badan tinju IBF.
      Sayang, ’’Belum ada kabar dari manajemen terkait siapa yang akan menjadi lawan saya. Jadi, saat ini latihan yang saya lakukan masih persiapan umum saja,’’ kaa Roy, kemarin (27/7)
        Padahal menurut Roy, untuk turun dalam laga internasional, sebaiknya dia mengetahui kandidat lawannya lebih dini. Dengan pertimbangan, agar persiapan yang dilakukan bisa lebih fokus dan sistematis. ’’Karena melawan petinju dari luar memiliki tantangan tersendiri,’’ timpalnya.
        Semetara itu, Yani Malhendo, pelatih Roy Mukhlis mengatakan bahwa saat ini pihak promotor Abdul Salam dan Nedy Mikdon Tanaem sedang berusaha mencari lawan yang ideal bagi petinju binaannya tersebut. Salah satunya dengan membangun komunkasi dengan promotor tinju beberapa negara di Asia Tenggara.
        ’’Pihak promotor dan manajemen tidak tinggal diam untuk masalah ini, saya yakin dalam waktu dekat sudah ada kandidat lawan bagi Roy. Tapi, tugas kami saat ini adalah bagaimana mempersiapkan Roy sebaik mungkin agar dia bisa maksimal dalam kejuaraan ini,’’ ucapnya.
        Meski begitu, Yani mengatakan bahwa besar kemungkinan lawan yang akan dihadapi oleh Roy dalam kejuaraan yang bertepatan dengan hari Pahlawan Nasional itu akan berasal dari negara-negara Asia. Seperti, Thailand, Filipina, Jepang dan Korea Selatan.
        ’’Pihak promotor memang punya ambisi dan rencana untuk Roy, Kalau memang dia bisa menang saat melawan petinju Asia, maka Roy akan diproyeksikan untuk melawan petinju dari Eropa dan Amerika. Jadi, kami berharap Roy bisa memaksimalkan kesempatannya ini,’’ lanjut Yani.

Senin, 27 Mei 2013

Robert Kopa Bungkam Jason Butar Butar




Kesempatan bagi Robert Kopa untuk merebut kembali sejumlah gelar nasional terbuka. Itu  setelah Robert mengalahkan Jason Butar-Butar (Kodam Jaya BC) Jakarta dalam pertarungan di Korem 084 Bhaskara Jaya, Surabaya, pada Sabtu malam lalu (25/5).
      
      Dalam pertarungan untuk memperebutkan sabuk emas Ad Interim Federasi Tinju Indonesia (FTI) dan sabuk emas Danrem 084 Bhaskara Jaya itu, Jason memberikan perlawanan sengit pada Robert. Apalagi, dia adalah mantan juara nasional di dua badan tinju berbeda, Komisi Tinju Indonesia (KTI) dan Asosiasi Tinju Indonesia (ATI).
            ’’Ini termasuk salah satu kemenangan terpenting saya dalam kejuaraan tinju lokal. Selain berhasil menaklukan lawan yang cukup berat, kesempatan saya untuk kembali merebut gelar nasional saya yang hilang semakin terbuka,’’ kata petinju asal Sasana Rokatenda Sidoarjo itu.     
            Sebagaimana diketahui, sebelumnya Robert adalah juara tiga badan tinju Indonesia. Yaitu, Komisi Tinju Indonesia (KTI), Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) dan Komisi Tinju Pro Indonesia (KTPI). Namun, semua gelar ini hilang setelah dia kalah dari petinju Jepang Hiroshige Osawa awal April tahun lalu.
            Sementara itu, petinju-petinju asal Sasana Surabaya berhasil mendominasi kejuaraan tersebut. Selain Robert, ada juga Julio De La Bazes dari sasan GRIB BC Surabaya yang juga menang angka mutlak atas Juniston Simbolon (Sasana Putra Batu-Bara) Sumut. Dengan hasil itu, petinju gaek ini berhasil membawa pulang sabuk emas nasional FTI Ad Interim kelas ringan junior (58,9kg ).
Frans Damur dari Rokatenda Sidoarjo pun tidak mau ketinggalan. Melalui pertarungan sengit, Frans berhasil menang TKO atas Sami Hagler dari KPC Bulungan BC Jakarta di kelas Bantam Junior 52,2 kg.
Komandan Korem 084 Bhaskara Jaya Surabaya, Kolonel (Inf) Wisnoe Prasetyo Budi menjelaskan bahwa mereka bertekad untuk memajukan tinju profesional dan amatir di Surabaya. ’’Kami akan terus berupaya untuk menghidupkan kembali semangat tinju pro di Surabaya. Dulu Surabaya adalah kiblat tinju nasional, sekarang citra itu harus hidup lagi,’’ harapnya.(JP)

Rabu, 23 Januari 2013

Tokoh Senior KTI Jatim Berpulang

                                     Mohammad Binsjech

     Insan tinju profesional Jawa Timur kehilangan salah seorang tokohnya seniornya. Selasa malam (23/1/13) Mohammad Binsjech yang menjadi tokoh senior terakhir yang dimiliki Jawa Timur meninggal dunia. Jabatan terakhir di kepengruusan KTI Jawa Timur periode sekarang adalah sebagai dewan kehormatan. ''Pak Binsjech ini orang lama di KTI. Setahu saya sejak era sejak Setijadi Laksono, Eddy Pirih dan Aseng Hery Sugiarto,'' kata Moh Rois, sekretaris KTI Jatim.
    Seluruh pengurus KTI Jatim turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Binsjech. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dan seluruh keluarganya diberikan ketabahan.
    

Senin, 14 Januari 2013

Jadwal Belum Jelas, Petinju Rokatenda Libur


 Kejuaraan tinju yang di agendakan oleh Sasana Rokatenda ternyata masih kabur. Sebelumnya, sasana yang bermarkas di Pondok Candra Sidoarjo ini berencana menggelar kejuaraan untuk memperingati anniversary sasana tersebut pada 29 Januari mendatang.
            ’’Selama ini kami hanya disuruh mempersiapkan diri dengan maksimal, namun kapan akan naik ring kami belum tahu. Manajemen berencana menggelar kejuaraan pada Januari mendatang, tapi juga belum jelas,’’ kata Tommy Seran, kepada Jawa Pos, kemarin (31/12). Tommy adalah salah satu petinju terbaik yang dimiliki oleh Sasana Rokatenda saat ini.
            Akibat ketidakjelasan jadwal bertanding tersebut, Tommy dan kawan-kawan pun memilih untuk tidak latihan dalam waktu yang belum ditentukan. Menurut Tommy, libur panjang itu sudah berlangsung sejak 20 Desember lalu. Kalau pun ada, itu hanya latihan ringan yang mereka gelar.
            ’’Saya juga tidak tahu sampai kapan kami tidak latihan seperti ini. Rencana sih mulai minggu depan sudah ada program latihan. Tapi, jadi atau tidaknya saya juga belum tahu,’’ lanjut pemegang sabuk juara WBO Aspac (Asia Pasific) itu.
            Manager sekaligus pemilik sasana Rokatenda, Damianus Wera mengatakan bahwa kejuaraan yang mereka rencanakan pada akhir Januari memang belum tentu jadi. Sebab, selain masih menunggu kepastian dari sejumlah sponsor, keluarga Damianus juga sedang berduka.
            Ya, keluarga Damianus di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini masih tinggal di pengungsian setelah meletusnya gunung Rokatenda, 20 Desember lalu.’’Saya masih kepikiran keluarga saya di sana. Untuk masalah kejuaraan, lihat saja nanti,’’ lanjut pria yang juga promotor tinju internasional itu.