Petinju muda tanah air harus mencontoh disiplin yang
diterapkan Muhammad Rachman. Di usianya yang sudah berkepala empat, Rachman
masih terus bertanding tinju berkat disiplin latihan setiap harinya.
-------
Suasana Sasana KPJ Bulungan di Blok M (23/2) tampak riuh.
Belasan orang mengelilingi ring tinju berukuran 7x7 meter di sisi belakang
bekas Warung Apresiasi (Wapres) Blok M tersebut. Dengan headguard berwarna
merah, petinju Rachman menjajal beberapa petinju yang berlatih di KPJ Bulungan
itu.
"Itu dilihat, gaya
main Rachman sama sekali tak hilang. Walau sudah berusia 40 tahun lebih.
Pengaturan tenaga dan perhitungan jarak pukulnya tak pernah meleset,"
sebut pelatih KPJ Bulungan Misyanto kepada petinju junior binaannya.
Buat Little Homs, nama ring Misyanto di tinju profesional Indonesia,
sosok Rachman adalah petinju langka di tanah air. Little Homs bahkan mengibaratkan Rachman ini seperti
layaknya petinju gaek AS Bernard Hopkins.
Nah, jadwal terbaru Rachman akan bertanding melawan petinju
Thailand Knockout CP Freshmart di Bangkok pada 5 Maret dalam kejuaraan dunia ad
interim kelas terbang mini (47,6 kilogram) versi WBA. Rachman sendiri sudah
pernah juara dunia dua kali di dua badan tinju di kelas terbang mini. Yakni IBF
dan WBA. IBF didapat pada tahun 2004 lalu. Sedang WBA pada 2011 lalu.
Usai sparring lawan Noldi Manakane dan Johan Wahyudi,
Rachman menuturkan siap bertempur lawan petinju Thailand. Meski berbeda 19 tahun
dengan calon lawannya itu, Rachman tak gentar.
"Buat saya, umur adalah angka saja. Kalau kita disiplin
menjaga makan, latihan, dan istirahat saya yakin tak masalah akan bertanding
kapanpun dan dimanapun," sebut suami Lilis Setyawati itu.
Rachman yang sudah bertinju profesional sejak 1993 itu
menyebutkan sering ditawari mendadak untuk bertanding. Kadang seminggu sebelum
laga, mantan petinju Sasana Akas Probolinggo itu baru disodori kontrak
bertanding. Asal harga cocok, Rachman tak keberatan.
Mengenai resep kebugaran sampai usia 43 tahun ini, petinju
kelahiran Merauke Papua itu mengaku mengatur pola makan. Dalam dua tahun
belakangan, Rachman mengurangi konsumsi karbohidrat. Sekali makan, nasi yang
ada di piringnya cuma sekitar 100 gram. Kalau Rachman mengira-ira, cukup satu
centhong nasi.
Untuk lauk, Rachman memilih yang mengandung protein tinggi.
Ikan laut, telur setengah matang, dan daging sapi. Tak lupa sayuran harus
selalu ada.
"Kalau ada yang saya stop buat konsumsi adalah daging
rusa. Daging rusa memang bagus buat vitalitas, namun kini saya mencoba lebih
saleh dalam dua tahun belakangan," kata Rachman.
Alasan Rachman berhenti memakan daging rusa karena asal usul
daging itu sering tak jelas. Dalam pandangan Rachman, sebagai pemeluk agama
Islam tak akan memakan daging yang bukan disembelih dan menyebut nama Tuhan.
Daging rusa yang disantapnya lebih sering hasil buruan atau disabet pedang oleh
pemburu.
Rachman juga kini lebih rajin mengkonsumsi air putih. Dalam
sehari, petinju yang usdah bertanding 81 kali di karir profesionalnya itu
berkata minimal lima
liter air putih diminumnya.
"Saya dulu sering kencing batu waktu masih di Sasana
Akas Probolinggo. Saya sangat kurang minum air putih. Kalaupun minum sangat
sedikit. Kalau latihan berat, setelahnya sering kencing darah," tutur
Rachman.
Jika sakit pun, Rachman menghindari konsumsi obat berbahan
dasar kimia. Ketika masih tinggal di Jawa, susu kambing etawa adalah obat
terbaik buat Rachman. Namun setelah menetap di Merauke dua tahun belakangan dan
susah mencari susu kambing etawa, Rachman mengalihkannya kepada sayur. (jp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar