Tinju profesional di Indonesia tak semeriah di era 1990-an. Akibatnya banyak sasana tinju mulai gulung tikar karena ditinggal petinju. Kondisi tersebut yang membuat Mona Pirih tertantang untuk menyuburkan kembali dunia tinju bayaran di tanah air.
--------
JAWA Timur (Jatim) adalah salah satu daerah yang sangat ditakuti dalam pentas tinju profesional tanah air. Di bawah kendali promotor seperti Aseng Hery Sugiarto, Eddy Pirih, Setijadi Lakosono, membuat provinsi paling timur di Indonesia ini menjadi lumbung penghasil pendekar pendekar hebat diatas ring.
Pada era 1990-an lahirlah Yani Malhendo, Anis Roga, Hengky Gun, atau pun Andrian Kaspari yang disegani di atas ring. Namun, sepeninggal tokoh-tokoh tinju tersebut, prestasi tinju Jatim pun ikut menurun drastis.
’’Sekarang, saya berjuang keras untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas petinju Indonesia. Saya harus memulai itu dari Jatim. Sebab, tradisi Jatim sebagai kekuatan terbesar tinju pro di Indonesia harus dibangkitkan kembali,’’ ungkap perempuan kelahiran Surabaya 1974 itu.
Dengan begitu, anak ketiga dari mendiang Eddy Pirih ini mulai membuka kembali jalan kejayaan tinju jatim yang mulai tertutup sekian lama. Salah satunya dengan menggelar kejuaraan tinju nasional di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya pada 3 Juli lalu. Menurut Mona, para petinju harus mendapat posisi yang terhormat.
Dengan prinsip itu, dia mencoba mengasah kembali animo masyarakat untuk melek tinju dengan menggelar kejuaraan di pusat-pusat keramaian. ’’Alangkah baiknya apabila kita bisa mengikuti jejak Oscar de la Hoya. Setelah menjadi juara, dia menjadi promotor,’’ kata Mona.
Dia pun mengaku bangga dengan De la Hoya karena telah mengabdikan hidupnya untuk olahraga keras tersebut. Mona pun mengakui ide-ide seperti itulah yang akan ditempuhnya.
“Apalagi pesan ayah sebelum meninggal untuk membangkitkan tinju jatim selalu terngiang dalam benakku,’’ sambung ibu dari tiga anak itu.
Untuk strategi yang akan ditempuh, Mona coba memaksimalkan proses pembinaan di tinju di setiap sasana. Sebab, kunci suksesnya tinju pro ada di tangan petinju itu sendiri.
’’Karena kalau para petinju Indonesia sudah bisa bertinju dengan indah seperti petinju-petinju international, maka secara otomatis banyak sponsor yang akan mendekat. So, banyak kejuaraanpun akan tersaji dengan sendirinya,’’ papar wanita yang berulang tahun setiap 3 Februari itu.
Mona pun punya cita-cita besar lain. Dia akan memberikan akses bagi para mantan petinju yang saat ini menjadi pelatih. Selain itu, dia juga berencana memperdayakan mereka sebagai promotor tinju nasional.
’’Karir para petinju harus jelas, profesi pelatih bukan akhir dalam meniti karir. Mereka harus bisa bekerja lebih professional lagi dengan menjadi promotor untuk menggali potensi tinju muda lainnya,’’ pungkas Mona. (JP)
Data Diri
Nama : Mona Amelia Pirih
Lahir : Surabaya 3 Februari 1974
Anak : Jennifer Agatha (14)
Shania Natasya (13)
Sean Ryan (10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar