Minggu, 31 Juli 2011

KTI Dukung Rachman Protes ke WBA

Ketua KTI (Komisi Tinju Indonesia) Anton Sihombing berjanji akan memberikan dukungan untuk memprotes hasil pertarungan Muhammad Rachman melawan petinju Thailand Pornsawan Porpramook di Studio Indosiar Sabtu malam (30/7). Sebagai supervisor pertarungan, KTI merasa curiga dengan kualitas stamina yang diperlihatkan Pornsawan. ’’Seingat saya waktu timbang badan Pornsawan kondisinya tak fit. Tapi, hari ini (penampilannya berbeda sekali,” tutur Anton.

Rasa kesal juga menghinggapi promotor pertarungan Erick Purna Irawan. Erick menyatakan bahwa kualitas pukulan Rachman jauh lebih apik dibandingkan Pornsawan. ’’Saya akan mengajukan protes kepada WBA. Masak kami dikerjai dikandang sendiri,” tutur Erick.
Kalau protes itu tak digubris WBA, Erick sudah punya opsi lain. Yakni, menggelar pertarungan ulang antara Rachman versus Pornsawan. “Pokoknya kami akan mengusahakan revans. Apapun jalannya akan kami tempuh demi gelar juara kemabali pada Rachman,” tegas Erick.
 
Dalam pertarungan tersebut Rachman (40) berstatus sebagai juara bertahan kelas terbang mini (47,6 kg) WBA. Dia ditantang Pornsawan Porpramook (32). Bagi Rachman itu adalah pertarungan pertamanya mempertahankan gelar. Karena masih choice dia memilih Pornsawan yang berperingkat 12, dan usianya relatif tua, namun hasilnya tetap berkata lain. Rachman kehilangan gelar.

Hakim A Silvestres Abiyansa (Filipina) memberikan nilai 114-114. Hakim  B Takeshi Samakawa (Jepang) memenangkan Pornsawan 115-113. Sedangkan Hakim III Yu Hwan Soo (Korsel) juga memenangkan Pornsawan dengan nilai 115-114.

Menangggapi kekalahannya itu, Rachman menyatakan sakit hati dengan penilaian para juri. ’’Saya sangat kecewa malam ini (kemarin, red.). Masyarakat jelas melihat bagaimana pukulan saya selalu masuk dan mengenai lawan. Saya sangat terpukul dengan hasil penjurian,” kata Rachman dengan mata berkaca-kaca.

Yang membuat petinju kelahiran Merauke, Papua, itu semakin dongkol adalah minimnya perhatian pemerintah terhadap atlet. “Saya makin kecewa karena pihak pemerintah tak ada yang datang pada pertarungan saya. Padahal, saya bertarung demi nama Indonesia,” ujar Rachman. Dalam daftar undangan kemarin memang hanya pihak BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) yang hadir.

Di sisi lain, usai pertarungan kemarin sempat terjadi insiden di sekitar ring. Karena merasa petinjunya dikerjai juri, para pendukung Rachman pun berang. Beberapa pendukung petinju berusia 39 tahun itu melempari para juri dengan berbagai benda. Mulai botol plastik air mineral hingga triplek.
Melihat kejadian itu, Pornsawan juga takut. Petinju berusia 32 itu pun lari meninggalkan arena pertarungan dengan kawalan aparat keamanan. Ketika hendak diwawancarai wartawan aparat tak memberikan izin.
Sementara itu, dalam pertarungan tadi malam Rachman memang terlihat tampil apik di empat ronde awal. Kombinasi hook kiri dan upper cut kanan Rachman sempat membombardir Pornsawan.

Sayangnya serangan itu tak bertahan lama. Memasuki ronde keenam, kualitas stamina Rachman menurun dan pukulannya tak segarang ronde-ronde sebelumnya.

Hingga ronde kedelapan Rachman lebih banyak bertahan dan sibuk menghindari pukulan Pornsawan. Baru dironde kesembilan sampai dua belas Rachman kembali melancarkan pukulan balasan dan agresif menekan Pornsawan.

Selasa, 26 Juli 2011

Geliat Tinju Pro Malang Raya

 Dunia tinju di Malang Raya terus menggeliat. Even terakhir yang mereka gelar adalah Pentas Malang Super Fight di halaman Stasiun Kota Baru pada Minggu malam (24/7).
     Dua petinju profesional Kota Malang yang mereka tampilkan adalah Sam Polancho (Jaguar BC) dan Mosin Khadafi (D’Kross BC). Keduanya terlalu tangguh bagi lawan-lawannya. Mereka sama-sama mencatat kemenangan.
   Bahkan Sam Polancho bisa dikatakan tidak perlu bersusah payah untuk menjinakkan petinju Sasana Minakjinggo (Banyuwangi) Mahfud Taqwa. Sam hanya butuh dua ronde untuk memastikan diri sebagai pemenang pertandingan kelas bulu 58 kg itu. Sam dinyatakan menang TKO karena Mahfud tiga kali terjatuh pada ronde kedua.

Sedangkan Mosin yang turun di kelas terbang 50,8 kg menang angka mutlak atas Suryana dari Sasana Sinduro BC (Semarang). Tiga orang dewan juri kompak memberikan angka 26-24 untuk kemenangan Mosin.

Bagi Mosin, ini merupakan kemenangan kedua dalam satu bulan terakhir. Pada 4 Juli lalu, Mosin juga mencatatkan kemenangan angka ketika berlaga pada partai enam ronde di atrium Sutos Surabaya. Kala itu, Mosin mengalahkan petinju Sasana Rokatenda BC (Sidoarjo) Jhon Bajawa. Dengan dua hasil positif itu, Mosin tinggal menunggu waktu untuk bisa mendapatkan sabuk juara nasional pertamanya.
Pemilik Sasana D’Kross Ade Herawanto mengungkapkan, pihaknya kini tengah mematangkan rencana untuk menggelar kejuaraan nasional bagi Mosin. ”Rencananya 10 September nanti, kami gelar kejuaraan tinju di Malang,” ujar dia.
Gelar yang akan diperebutkan Mosin adalah kelas terbang versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia). ”Tapi, mengenai siapa lawan yang dihadapi, kami belum bisa menentukan,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai promotor itu.
Hanya, sebelum menuju kejuaraan itu, Ade berharap Mosin bisa membenahi berbagai kekurangan yang masih sering dia perlihatkan. Ketika melawan Suryana, misalnya, Ade menilai mestinya Mosin bisa menang KO. ”Beberapa pukulan Mosin sempat membuat lawannya goyah. Sayang Mosin sering terlihat ragu-ragu. Harusnya dia lebih agresif,” tandas dia.
Ade menaruh harapan besar bagi Mosin untuk bisa sukses di masa mendatang. Pasalnya, saat ini, Malang Raya bisa dibilang kering gelar. Satu-satunya petinju yang masih memiliki sabuk juara adalah petinju Sasana Yon Bekang 2 Ali Rohmad dengan sabuk juara nasional kelas bantam KTI.

Rabu, 13 Juli 2011

Mona Amelia Pirih, Ramaikan Promotor Tinju Pro Indonesia

Tinju profesional di Indonesia tak semeriah di era 1990-an. Akibatnya banyak sasana tinju mulai gulung tikar karena ditinggal petinju. Kondisi tersebut yang membuat Mona Pirih tertantang untuk menyuburkan kembali dunia tinju bayaran di tanah air.


-------- 
JAWA Timur (Jatim) adalah salah satu daerah yang sangat ditakuti dalam pentas tinju profesional tanah air. Di bawah kendali promotor seperti Aseng Hery Sugiarto, Eddy Pirih, Setijadi Lakosono, membuat provinsi paling timur di Indonesia ini menjadi lumbung penghasil pendekar pendekar hebat diatas ring.
 Pada era 1990-an lahirlah Yani Malhendo, Anis Roga, Hengky Gun, atau pun Andrian Kaspari  yang disegani di atas ring. Namun, sepeninggal tokoh-tokoh tinju tersebut, prestasi tinju Jatim pun ikut menurun drastis.
 ’’Sekarang, saya berjuang keras untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas petinju Indonesia. Saya harus memulai itu dari Jatim. Sebab, tradisi Jatim sebagai kekuatan terbesar tinju pro di Indonesia harus dibangkitkan kembali,’’ ungkap perempuan kelahiran Surabaya 1974 itu.
 Dengan begitu, anak ketiga dari mendiang Eddy Pirih ini mulai membuka kembali jalan kejayaan tinju jatim yang mulai tertutup sekian lama. Salah satunya dengan menggelar kejuaraan tinju nasional di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya pada 3 Juli lalu.  Menurut Mona, para petinju harus mendapat posisi yang terhormat.
 Dengan prinsip itu, dia mencoba mengasah kembali animo masyarakat untuk melek tinju dengan menggelar kejuaraan di pusat-pusat keramaian.          ’’Alangkah baiknya apabila kita bisa mengikuti jejak Oscar de la Hoya. Setelah menjadi juara, dia menjadi promotor,’’ kata Mona.
 Dia pun mengaku bangga dengan De la Hoya karena  telah mengabdikan hidupnya untuk olahraga keras tersebut. Mona pun mengakui ide-ide seperti itulah yang akan ditempuhnya.
 “Apalagi pesan ayah sebelum meninggal untuk membangkitkan tinju jatim selalu terngiang dalam benakku,’’ sambung ibu dari tiga anak itu.
 Untuk strategi yang akan ditempuh, Mona coba memaksimalkan proses pembinaan di tinju di setiap sasana. Sebab, kunci suksesnya tinju pro ada di tangan petinju itu sendiri.
 ’’Karena kalau para petinju Indonesia sudah bisa bertinju dengan indah seperti petinju-petinju international, maka secara otomatis banyak sponsor yang akan mendekat. So, banyak kejuaraanpun akan tersaji dengan sendirinya,’’ papar wanita yang berulang tahun setiap 3 Februari itu.
 Mona pun punya cita-cita besar lain. Dia akan memberikan akses bagi para mantan petinju yang saat ini menjadi pelatih. Selain itu, dia juga berencana memperdayakan mereka sebagai promotor tinju nasional.
 ’’Karir para petinju harus jelas, profesi pelatih bukan akhir dalam meniti karir. Mereka harus bisa bekerja lebih professional lagi dengan menjadi promotor untuk menggali potensi tinju muda lainnya,’’ pungkas Mona. (JP)

Data Diri
Nama           : Mona Amelia Pirih
Lahir            : Surabaya 3 Februari 1974
Anak           : Jennifer Agatha (14)
                     Shania Natasya (13)
                     Sean Ryan (10)

Senin, 04 Juli 2011

Sofyan Efendi Pukul KO Dominggus

            Sofyan Efendi (kiri) melancarkan upper cut ke wajah Dominggus Nenokeba

   Sofyan Efendi berhasil membuktikan sesumbarnya. Petinju binaan Sasana Pirih Surabaya itu menang KO (knock out) atas Dominggus Nenokeba (Demokrat BC, Jakarta) pada ronde kelima, menit kedua, dan  detik ke-12 di  Surabaya Town Square (Sutos) Minggu malam (3/7/11).
Sebelum pertarungan, Sofyan sesumbar akan menghentikan perlawanan Domi pada ronde kelima. Kombinasi hook kanan dan disusul dengan upper cut kiri membuat Domi, sapaan akrab Dominggus, tersungkur. Wasit pertandingan Bambang Subagyo menghitung hingga hitungan kesepuluh dan Domi tak kunjung bangun. Sofyan pun berhak atas sabuk emas mendiang Eddy Pirih di kelas terbang mini 47,6 kg.
’’Kombinasi pukulan dia (Sofyan, Red) sangat luar biasa. Sebenarnya pada hitungan ketiga saya bisa bangun dan melanjutkan pertarungan. Tapi, sadar saya tidak mampu mengimbangi dia,’’ keluh Domi setelah laga.
Promotor pertandingan Mona Amelia Pirih langsung berjanji bakal mengorbitkan Sofyan ke kejuaraan internasional. ’’Mungkin Sofyan akan turun di dua atau tiga pertandingan lagi. Setelah itu, dia akan kami orbitkan ke kejuaraan IBF (International Boxing Federation),’’ ujar putri kandung mendiang Eddy Pirih itu. (JP)